Tingginya Biaya Produksi Pengaruhi Harga Cabai

KORANBANTEN.com – Harga cabai merah keriting di tingkat petani saat ini mencapai Rp45.000/ kg. Tingginya harga cabai tersebut berbanding lurus dengan mahalnya obat untuk tanaman.

Seorang petani asal Kampung Ciparay, Desa Sukakarya, Kecamatan Samarang, Nandang, 34, menuturkan mahalnya harga obat ikut memengaruhi harga jual cabai. Menurutnya, membengkaknya biaya produksi itu dipengaruhi oleh faktor cuaca. “Sebab kalau tanaman cabai tidak diberi obat saat musim hujan seperti sekarang ini, akan cepat membusuk.

Bacaan Lainnya

Karena harga obat mahal, harga jual pun terpaksa dinaikkan karena kami tidak mau rugi,” ujar Nandang saat memanen cabai di lahan yang digarapnya, kemarin. Nandang sendiri telah memanen cabai di lahan garapannya sebanyak delapan kali. Pada beberapa kali panen, harga cabai yang dijual tidak pernah stabil. “Harganya beberapa kali naik turun.

Tidak menentu, tergantung cuaca, harga pupuk, hingga obat-obatan tanaman,” sebutnya. Saat masa awal panen beberapa waktu lalu, harga cabai merah kriting yang dipanennya adalah Rp38.000/kg. Sementara pada tiga pekan yang lalu, harga cabai sempat tembus Rp52.000/kg, namun sekarang harganya Rp45.000/kg.

Dia mengatakan seperti cuaca, harga obat-obatan untuk tanaman tidak tetap dan tak bisa diprediksi. Seperti saat musim kemarau tahun lalu, uang modal yang dibutuhkan untuk membeli obat tanaman dalam lahan seluas satu hektare adalah Rp5 juta. Obat yang dibeli Rp5 juta itu diperlukan untuk 1.000 batang tanaman cabai.

Sementara saat musim hujan seperti sekarang, biayanya membengkak dua kali lipat, yaitu mencapai Rp10 juta karena setiap tanaman mesti diberi obat dua kali dari biasanya. B iaya ini, tambah dia, belum termasuk upah petani lain yang membantunya menggarap lahan. Lahan seluas satu hektare itu setidaknya mampu menghasilkan cabai seberat lima hingga enam kwintal yang dipanen seminggu sekali.

“Satu tanaman cabai bisa dipanen sebanyak sembilan kali. Total hasil panen dari keseluruhan bisa mencapai enam kuintal dan hasilnya dijual ke sejumlah pasar luar Garut seperti Tangerang dan Jakarta,” jelasnya. Sementara itu, Plt Kepala UPTD Pasar Guntur Ciawitali Garut Ahmad Wahyudin mengatakan, sejumlah komoditi sayur memang rentan mengalami kenaikan saat musim hujan.

Penyebabnya komoditi hasil panen akan mudah membusuk bila terkena air sehingga pasokan menjadi berkurang. “Inilah yang membuat harga mahal di saat permintaan tinggi,” jelas Ahmad. @DF

Pos terkait