Penyelenggaraan acara-acara budaya menjadi faktor penting untuk menarik kunjungan wisatawan. Karena itu, kegiatan berbasis budaya perlu terus didorong dan dikembangkan sehingga menjadi daya tarik pariwisata.
”Sekitar 60 persen daya tarik wisata karena budaya, 35 persen karena faktor alam, dan 5 persen adalah faktor man made atau buatan manusia. Karena itu, banyaknya kegiatan budaya di Solo akan menjadi daya tarik wisatawan yang utama hari ini dan ke depan,” ujar Deputi Bidang Pengembangan Kelembagaan Kepariwisataan, Kementerian Pariwisata, Ahman Sya saat membuka Solo Batik Carnival ke-8 tahun 2015 di Stadion Sriwedari, Solo, Jawa Tengah, Sabtu (13/6/2015).
Ahman Sya memberi apresiasi banyaknya acara-acara seni dan budaya yang digelar di Solo setiap tahun. Pada tahun 2015 tercatat Pemerintah Kota Solo dengan partisipasi aktif masyarakat menggelar 62 acara budaya. ”Partisipasi publik di Kota Solo ini luar biasa dan patut menjadi model dan contoh di seluruh indonesia,” ujarnya.
Menurut Ahman, pemerintah pusat telah manargetkan kunjungan wisatawan mancanegara pada tahun 2019 mencapai 20 juta orang. Pihaknya berkeyakinan kreativitas para pemangku kepentingan di Solo menggelar banyak acara seni dan budaya bakal turut menjadi pendorong pencapaian target kunjungan wisman itu.
Ketua Panitia Solo Batik Carnival, yang juga Ketua Yayasan Solo Batik Carnival, Susanto mengatakan, Solo Batik Carnival 2015 mengusung tema ”Mancavarna” yang mengambil filosofi Jawa papat kiblat lima pancer. Filosofi ini merupakan penggambaran diri seorang manusia yang secara alami memiliki nafsu dan juga sifat mulia. Karnaval melibatkan 258 peserta karnaval, 90 pemusik, dan 200 pemain drama tari.
Penyelenggaraan Solo Batik Carnival masih menyedot perhatian masyarakat meskipun tidak banyak perbedaan dengan tahun-tahun sebelumnya. Para peserta mengenakan kostum karnaval dengan bahan utama kain batik dipadu berbagai pernak-pernik. Setiap peserta merancang kostum sendiri setelah mengikuti sejumlah lokakarya. Karnaval dimulai dari Stadion Sriwedari kemudian melintasi Jalan Slamet Riyadi dan berakhir di koridor Jalan Jenderal Sudirman.
Para peserta tampak antusias. Gitalis Angelia (16) mengaku menghabiskan tabungan pribadi lebih dari Rp 2 juta untuk membuat kostum karnaval berbahan utama batik tulis. Ia mengaku puas dengan hasil rancangannya dan bisa dipertontonkan kepada publik. ”Kostum ini adalah sebuah karya seni,” katanya.
Peserta lainnya, Isabela Saskia (16), mengaku, sejak lama tertarik bisa menjadi salah satu peserta Solo Batik Carnival. Isabela juga mengaku menghabiskan lebih dari Rp 1 juta untuk membuat sebuah kostum dengan tema air.
”Ini pakai bahan batik motif Sidomukti, belinya di Pasar Klewer. Setelah itu saya jahit sendiri dengan dibantu ibu,” kata Isabela.