Pertemuan Prabowo-Mega yang dinanti banyak tokoh dan masyarakat akhirnya terwujud.
Pertemuan dua tokoh di kediaman Megawati Soekarno Putri ini didampingi Ahmad Muzani (Sekjen Gerindra), Sufmi Dasco Ahmad (Ketua Harian Gerindra) dan dua Menteri dari Partai Gerindra Sugiono (Menlu) dan Prasetyo Hadi (Mensesneg).
Pertemuan yang berlangsung hampir lebih satu jam tersebut, menurut Ketua Harian Gerindra, Sufmi Dasco Ahmada, bertujuan untuk memperkuat Indonesia di masa depan.
“Prabowo dan Megawati juga bertukar pikiran dan pengalaman bagaimana menghadapi situasi global. Terlebih, Megawati merupakan Presiden RI ke-5 yang di masanya terdapat masa-masa krisis. Apalagi Bu Mega berpengalaman memimpin di waktu yang lalu, juga menghadapi saat saat kurang lebih juga ada masa-masa krisis,” jelas Dasco.
Menanggapi pertemuan dua tokoh yang sekaligus merupakan Ketua Umum Partai Terbesar di Indonesia, Gerindra dan PDIP, bagi Ahmad Kailani akan menjadi energi paling dahsyat untuk menghadapi krisis.
“Sejak awal, saya tidak kaget kalau dua tokoh ini akhirnya bertemu. Sebab inisiasi pertemuan yang dikehendaki Prabowo sebagai presiden, menjadi kunci bagaimana persatuan bangsa lebih utama dari politik kekuasaan” jelasnya
Menurut Ketua Umum Perisai Prabowo ini, doktrin persatuan dan kesatuan yang dianut Prabowo mampu menghilangkan sekat-sekat politik, ideologi dan primordialisme.
Sebagai Presiden, kerelaan berbagi kekuasaan (power sharing) melalui susunan kabinet, adalah puncak dari bagaimana politik Persatuan dan Kesatuan lebih utama daripada politik kekuasaan.
Tidak aneh, menurut Mantan Ketua PB PII 1998-2000, langkah Prabowo untuk merangkul semua kekuatan banyak disambut positif.
“Selain itu, langkah taktis Prabowo untuk merangkul semua kekuatan di dalam negeri benar-benar serius dan tanpa lelah.
Ia bahkan rela dihujat, dimaki-maki, karena langkah yang dilakukan baginya adalah “sine qua non” (syarat) menuju Indonesia yang kuat.
Bukan hal yg mudah menggandeng kawan dan lawan dalam politik. Tetapi, Prabowo rela menjadi “anak buah” dari eks lawannya (Jokowi).
Lalu saat banyak yang menuduhnya sebagai “boneka” Jokowi, ia malah bertandang ke kediaman Megawati yang dianggap tengah “berseteru” dengan Jokowi.
Di tengah usaha menyatukan para elit ini, bagi Kailani, langkah Prabowo memang luar biasa. Sebab menurutnya, tak ada yang paling berat sesungguhnya di negeri ini selain menyatukan elit yang bertikai. Namun, Prabowo dengan ketulusan, politik dengan hati, ia mau dan sukses merangkul semua kekuatan politik. Langkah yang sejatinya menjadi modal utama menghadapi krisis.
Kehendak politik Prabowo untuk menyatukan semua elit, duduk bareng menyelesaikan persoalan bangsa menurut Kailani jelas membutuhkan “kesabaran”. Dan tak kalah penting, orang-orang cerdas di sekeliling Prabowo banyak berperan mewujudkan langkah penting tersebut.
Dan menurutnya sulit untuk mengabaikan peran besar tokoh-tokoh seperti Sufmi Dasco Ahmad dan Ahmad Muzani dibalik agenda besar Prabowo untuk Indonesia yang lebih solid, kuat dan sejahtera. “Duet maut Bang Dasco dan Ahmad Muzani untuk menjadi “penghubung”, penterjemah dan bahkan menjadi “tameng” dari kehendak politik Prabowo menjadi kekuatan yang tak kalah dahsyatnya” jelasnya mengakhiri.