KORANBANTEN.COM-Sebanyak 15 Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Kabupaten Lebak melaksanakan Simulasi Skala Besar (SSB) Ujian Berbasis Komputer Daring (UBKD) untuk siswa pada tanggal 8 Desember 2010. Kelima belas sekolah dasar tersebut adalah SDN 2 Cimandiri, Kecamatan Panggarangan sebanyak lima siswa/i, SDN 2 Bayah Barat, Kecamatan Bayah, sebanyak lima siswa/i, SDN 4 Sukaraja, Kecamatan Malingping, sebanyak lima siswa/i, SDN 1 Parung Panjang, Kecamatan Wanasalam, sebanyak lima siswa/siswi, SDN 1 Tanjungsari Indah, Kecamatan Gunung Kencana, sebanyak lima siswa, SDN2 Kerta, Kecamatan Banjarsasi, sebanyak lima siswa/i. SDN 1 Prabugantungan, Kecamatan Cileles, sebanyak lima siswa.
Selanjutnya, SDN 1 Sukamekarsasi, Kecamatan Kalanganyar, sebanyak lima siswa, SDN 2 Pasir Tangkil, Kecamatan Warunggunung, sebanyak lima siswa/i, SDN 2 Sukanagara, Kecamatan Muncang, sebanyak lima siswa/i, SDN 2 Sukasari, Kecamatan Cipanas sebanyak lima siswa/i, SDN 1 Maja, Kecamatan Maja, sebanyak lima siswa/i, SDN 2 Cibadak, Kecamatan Cibadak sebanyak lima siswa/i, SDN 2 Muara Ciujung Timur, Kecamatan Rangkasbitug, sebanyak lima siswa/i dan yang terakhir SDN 1 Sumurbandung, Kecamatan Cikulur sebanyak lima siswa/i.
Kelima belas sekolah dasar yang mengikui SSB UBKD tersebut diawasi oleh empat orang pengawas yang diberikan tugas oleh Dinas Pendidikan, diantaranya, Suhaedi Mpd selaku Kasi Peserta Kurikulum SD, M Sahrulloh, selaku pelaksana SD/ tim teknis, TB Ahmad Holik, selaku pelaksana SD/tim teknis, Perdana P, selaku pelaksanan SD/tim teknis.
Dikatakan Wawan Ruswandi, kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak, pelaksanaan SSB UBKD tersebut merupakan tindak lanjut dari kebijakan pemerintah pusat melalui program assesment kompetensi minimum (AKM) Badan Penelitian dan Program Pengembangan dan Perbukuan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Pelaksaannya kata Wawan, berlangsung dari tanggal 23 November sampai dengan 30 November dan 1 Desember.
“Sesuai dengan arahan dari Kementrian Pendidikan, Lima Belas Sekolah dasar negeri di Lebak mengikuti Simulasi skala besar (SSB) Ujian berbasis komputer daring(UBKD). Semoga pelaksanaanya dapat berjalan lancar sesuai harapan,”kata Wawan kepada Wartawan.
Selanjutnya kata Wawan, program assesment kompetensi minimum(AKM) tersebut dijadikan tolak ukur bagi siswa. Karena, assesmen nasional merupakan upaya untuk memotret secara komprehensif mutu proses dan hasil belajar satuan pendidikan dasar dan menengah diseluruh Indonesia, termasuk juga di Kabupaten Lebak. Informasi yang diperoleh dari assesmen nasional diharapkan digunakan untuk memperbaiki kualitas proses pembelajaran disatuan pendidikan, yang pada gilirannya dapat meningkatkan mutu hasil belajar murid.
AKM sendiri kata Wawan, merupakan penilaian kompetensi mendasar yang diperlukan oleh semua murid agar mampu mengembangkan kapasitas diri dan berpartisipasi positif pada masyarakat. Terdapat dua kompetensi mendasar yang diukur AKM, yaitu literasi membaca maupun numerasi, kompetensi yang dinilai mencakup keterampilan berpikir logis-sistematis, keterampilan bernalar menggunakan konsep dan pengetahuan yang telah dipelajari, serta keterampilan memilah serta mengolah informasi. AKM juga menyajikan masalah masalah dengan beragam Konteks yang diharapkan mampu diselesaikan oleh murid murid dengan menggunakan kompetensi literasi membaca dan numerasi yang dimiliknya. Intinya kata Wawan lagi, AKM dimaksudkan untuk mengukur kompetensi secara mendalam, tidak sekedar penguasaan konten.
Garis besarnya Wawan menuturkan, tujuan AKM adalah, dalam pembelajaran terdapat tiga komponen penting, yaitu Kurikulum (Apa yang diharapkan akan dicapai), Pembelajaran(Bagaimana Mencapai) dan Assesmen (apa yang sudah dicapai). Dengan begitu, assesmen dilakukan untuk mendapatkan informasi dan mengetahui capaian murid murid terhadap kompetensi yang diharapkan. AKM ini dirancang untuk menghasilkan Informasi yang memicu perbaikan hasil belajar murid.
Selain itu, pelaporan hasil AKM dirancang untuk memberikan informasi mengenai tingkat kompetensi murid. Tingkat kompetensi tersebut dapat dimanfaatkan guru berbagai mata pelajaran untuk menyusun strategi pembelajaran yang efektif dan berkualitas sesuai dengan tingkat capaian murid. Dengan demikian, Teaching at the right level dapat diterapkan. Pembelajaran yang dirancang dengan memperhatikan tingkat capaian murid akan memudahkan murid menguasai konten atau kompetensi yang diharapkan pada suatu mata pelajaran.(adv)