Bersama HNW di Meja Makan Restoran Rabithah

KORANBANTEN.COM – Dr. Hidayat Nur Wahid suka pula bercanda, bahkan di hadapan Wakil Sekretaris Jenderal Rabithah Alam Islamy yang sud ah dikenalinya dengan baik.

Saat memperkenalkan kami, wakil ketua MPR RI yang biasa disapa HNW ini, menyebut kami melaksanakan haji tamattu´ (umrah dan haji dilaksanakan pada musim haji, tapi dipisahkan dengan tahallul). “Ini teman-teman saya dari Indonesia,” kata HNW kepada wakil Sekjen Rabithah, dan kami bangga.

Bacaan Lainnya

“Haji mereka, haji tamattu,” sambung HNW. Wakil Sekjen tersenyum ramah, dan sedikit menganggukkan kepala.
Soal haji tamattu´ , Wakil Sekjen Rabithah pasti paham. Kami pun tahu karena memang pelaku haji tamattu´.
Tapi, kata HNW kemudian kepada Wakil Sekjen Rabithah, “Tamattu´ mereka adalah tangi, mangan , turu”. Maka, tertawalah kami. Wakil Sekjen Rabithah pun ikut tertawa. Mungkin paham atau sekadar ikut bergembira dengan kami.
Singkatan tamattu` HNW ini memang betul juga ketika kami menunggu sampai hari Tarwiyah (8 Zul Hijjah), sejak kedatangan kami, 30 Juli sebelumnya. Kami tangi (bangun tidur) untuk salat Subuh, mangan (makan tiga kali sehari), lalu turu (tidur) di kasur empuk dan ruang ber-ac, setelah salat Isya.

HNW hadir ke Tanah Suci Mekah, setidak-setidaknya untuk menghadiri muktamar haji tahunan dan berbicara atas nama Rabithah Alam Islamy, berbicara mewakili Rabithah Alam Islamy kepada Raja Salman tentang Deklarasi Mekah, dan tentu saja untuk beribadah haji.

Indonesia boleh berbangga sebetulnya karena selalu saja putra terbaiknya terpilih jadi anggota Majlis Tertinggi Rabithah Alam Islamy. Putra terbaik Indonesia yang kali pertama jadi anggota adalah Dr. M. Natsir, menyusul Prof. Dr. H.M. Rasyidi, K.H. Ahmad Syaikhu, Prof. Dr. B.J. Habibie, dan sekarang Dr. Hidayat Nur Wahid, lulusan Universitas Madinah.

Anggota Dewan Tertinggi Rabithah Alam Islamy antara lain memberi masukan untuk kemajuan Islam dan kaum muslimin di dunia dengan cara dan ciri Rabithah Alam Islamy.

Satu gedung penginapan dengan HNW menyebabkan kami sering bertemu di meja makan, berbincang, sambil makan dan minum kopi.

Ngobrol santai pun mengalir begitu saja, cair, tanpa topik khusus, menyangkut banyak hal, termasuk penyelenggaraan ibadah haji.
Saya meminta komentar tentang pantasnya ada kementerian haji dan umrah di Indonesia.

HNW setuju adanya kementerian dimaksud. Bagi saya, inilah “mahkota” silaturahmi di meja makan restoran Rabithah.

Indonesia, setiap tahun, selalu saja menempati urutan pertama jamaah haji jika dibandingkan dengan negara lainnya.

Selalu saja begitu karena Indonesia negara yang penduduk muslimnya terbesar di dunia ada tiga cara beribah haji : qiran, ifrad, dan tamattu´.

Kalau suatu ketika Anda bertemu dengan HNW, cobalah tanyakan kembali “tafsir” lain tentang tamattu´. (Dean Al-Gamereau).

Pos terkait