Dari Balik Dinding Pemasyarakatan, Pancasila Tetap Menyala: Upacara Lapas Cilegon Penuh Keharuan

KORANBANTEN.COM – Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Cilegon Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Banten, pada Senin, (02/06/25), melaksanakan Upacara Peringatan Hari Lahir Pancasila Tahun 2025 dengan penuh khidmat dan semangat nasionalisme. Upacara berlangsung di lapangan utama Lapas Cilegon dan diikuti oleh seluruh jajaran petugas serta para warga binaan sebagai bagian dari pembinaan karakter kebangsaan.

Upacara ini menjadi semakin istimewa dengan kehadiran tamu kehormatan dari Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Banten, yaitu Bapak Muhammad Ali Syeh Banna, yang bertindak sebagai pembina upacara. Kehadiran beliau menjadi simbol penguatan semangat ideologi Pancasila di lingkungan pemasyarakatan.

Bacaan Lainnya

Suasana upacara begitu syahdu saat seluruh peserta menyanyikan lagu “Indonesia Raya” dan mengikrarkan Pancasila secara serentak, menciptakan momen kebersamaan dan kebanggaan sebagai anak bangsa.

Dalam amanatnya, Bapak Muhammad Ali Syeh Banna menyampaikan pesan inspiratif:
“Pancasila adalah kompas moral yang menuntun kita, di mana pun kita berada. Tidak ada tempat di negeri ini yang terlalu sempit untuk menanamkan nilai-nilai luhur bangsa. Justru dari sinilah, dari balik tembok dan keterbatasan, kita bisa membuktikan bahwa semangat kebangsaan tetap menyala.”

Beliau juga menekankan bahwa peringatan Hari Lahir Pancasila harus menjadi momen evaluasi diri dan perwujudan nilai-nilai seperti keadilan, kemanusiaan, dan persatuan, baik dalam pelayanan publik maupun dalam proses pembinaan warga binaan.

Sementara itu, Kepala Lapas Kelas IIA Cilegon, Bapak Margono, menegaskan bahwa peringatan ini bukan sekadar agenda rutin, melainkan bagian dari pembinaan karakter kebangsaan
“Kami ingin membentuk pribadi-pribadi yang kuat secara moral dan spiritual. Pancasila menjadi fondasi utama dalam seluruh proses pembinaan di Lapas Cilegon. Melalui upacara ini, kami ingin menegaskan bahwa semangat nasionalisme tidak pernah redup di tempat ini.”

Setelah upacara, kegiatan dilanjutkan dengan penampilan puisi kebangsaan dan lagu-lagu perjuangan oleh perwakilan warga binaan, yang mengundang haru dan kebanggaan seluruh hadirin. Kebersamaan antara petugas dan warga binaan dalam semangat kebangsaan menjadi simbol harapan baru bagi proses pemasyarakatan yang lebih humanis dan berlandaskan nilai luhur.

Upacara ini menjadi pengingat bahwa Pancasila bukan hanya untuk dihafal, tetapi untuk dihidupi, bahkan dalam situasi dan tempat yang penuh keterbatasan.(***)

Pos terkait