KORANBANTEN.COM- Pendidikan saat ini yang dialihkan dari tatap muka menjadi daring akibat pandemi Covid-19, ternyata sangat berpengaruh terhadap berbagai tingkat dunia pendidikan. Pasalnya, selain tingkat SD, SMP dan SMA/SMK, kendala besar pun dialami terutama pada tingkat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Kepsek SMK Bayah 1, Drs.M.arun,M.M, mengungkapkan ada beberapa kendala dalam sistem daring di sekolahnya, hal ini dikarenakan sekolah kejuruan lebih mengutamakan praktek dibanding teori, oleh sebab itu, daring tentunya membuat tidak maksimal dalam sistem pengajaran tingkat SMK.
“Kendala dalam sistem daring tentunya ada, terutama dalam sistem mengajar kita tidak bisa melakukan praktek, belum lagi kendala geografis di Bayah merupakan daerah pegunungan yang tentunya sulit sinyal, masalah tidak punya pulsa/kuota dan tidak punya hp android pada siswa, itu hanya beberapa kendalanya,” ungkap M.arun saat ditemui di kantornya.
Namun meskipun demikian, Kepsek SMK Bayah 1 ini mengaku sudah membuat terobosan-terobosan bersama para guru agar kendala-kendala tersebut dapat di minimalisir. Walaupun baik orang tua, murid dan guru pun sudah merindukan sekolah, namun sesuai kurikulum dan pemerintah, dirinya mempercayai semuanya demi kebaikan bersama.
“Kita sudah buat tim dari para guru untuk meminimalisir kendala seperti yang disebutkan diatas, kita sudah inventarisir siswa yang tidak punya hp android, dan yang benar-benar tidak mampu beli pulsa. Pemerintah pun memang sudah ada bantuan untuk hal ini, kita pun sudah diberikan tablet Android sebanyak 200, yang dapat dipakai siswa dengan catatan tidak dapat dipinjamkan untuk dibawa pulang,” ujarnya.
Menurut M.arun, jika terlalu berkepanjangan sekolah dengan sistem daring akan tetap berpengaruh terhadap masa depan generasi siswa yang dimasa pandemi Covid-19, karena ada yang tidak dapat tergantikan dari sistem pembelajaran tatap muka oleh daring.
“Pertanyaan yang bagus, menurut saya masa generasi pelajar sekarang ini tetap berpengaruh besar akibat dampak Covid-19 terhadap pendidikan dengan sistem daring, karena proses KBM bukan hanya aspek kognitif saja, tetapi ada juga psikomotorik, pembelajaran moral, sikap, disiplin, jadi bukan hanya membuat angkatan kerja profesional dan kompetensinya saja, sedangkan penyampaian dan pengawasan hal-hal tersebut tidak dapat dilakukan secara daring, harus melalui tatap muka,” paparnya. (ZAL)