KORANBANTEN.COM – Pertanian adalah sektor yang minim terdampak dari adanya resisi ekonomi karena pandemi Covid-19, sehingga dalam hal mendukung program ketahanan pangan ke depan, sejumlah organisasi masyarakat mengadakan Dialog Ketahanan Pangan Banten yang menghadirkan Prof. Dr. Ir. Anton Apriyantono, M.Si., Menteri Pertanian di Era SBY, Dr. Fadlullah, Sekretaris Jenderal Forum Silaturahim Pondok Pesantren (FSPP) Provinsi Banten, Dr. Abdul Fatah, M.Pd., Ketua UPBK Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (UNTIRTA), Muhammad Hasan Gaido, Dewan Pembina Insan Tani dan Nelayan Indonesia (INTANI) Provinsi Banten, dan Ardi Maulana, Pelaku Bisnis Talas Beneng di Aula Utama Kawasan Wisata Halal Baduy Outbound, Selasa (16/02) Serang, Banten.
Pada kesempatan ini, Dr. Abdul Fatah menyampaikan bahwa UNTIRTA sebagai universitas terbesar di Banten, turut berkepentingan untuk terlibat mewujudkan program ketahanan pangan di Banten melalui jalur akademis.
“UNTIRTA punya Fakultas Pertanian, kami punya lahan yang bisa dikerjasamakan dengan pihak-pihak yang ingin terlibat, kami bahkan punya profesor khusus mengkaji talas beneng. Kami dari akademisi siap berkolaborasi dengan melahirkan hasil riset-riset inovatif di bidang pertanian,” ujar Abdul Fatah.
Selanjutnya pelaku bisnis atau praktisi talas beneng, Ardi Maulana bercerita tentang masa-masa awal dia memulai menanam talas beneng yang dulu mungkin banyak orang belum sadar besarnya manfaat dan potensi ekonomi tanaman ini.
“Saya sudah nanam talas beneng di Pandeglangs sejak kecil, saat itu masa SD-SMP. Saat itu talas beneng lebih dikenal manfaatnya sebagai makanan saja belum sebagai komoditi. Barulah di 2016, saya lakukan perencanaaan khusus menamam talas beneng bermula dari lahan seluas 4 hektar. Alhamdulillah berkat program kerjasama kami dengan swasta dan pemerintah daerah , saat ini kami terlibat dalam pengembangan talas beneng seluas 4.000 hektar yang tersebar di berbagai daerah; ada di Palembang, Lampung, Sumatera Utara, dan Kalimantan,” ungkap Ardi.
Ardi juga menambahkan, dia selaku Ketua Bidang Talas Beneng INTANI Banten sangat ingin dan siap berkolaborasi mewujudkan ketahanan pangan di Banten.
Hal sendana juga disampaikan oleh Dr. Fadulullah, yang menyampaikan bahwa FSPP saat ini memiliki 4.000 lebih pondok pesantren di Banten.
“Pondok pesantren punya berbagai aset mulai dari sumber daya insani, fasilitas dan lahan yang bisa dikolaborasikan untuk mendukung program ketahanan pangan Banten berbasis pondok pesantren. Anda FSPP sudah memulai dan terus akan dikembangkan.” Ujar Sekjen FSPP ini.
Di kesempatan ini juga, Prof. Anton Apriyantono menyampaikan harapan besarnya bahwa ketahanan pangan Banten tidak hanya bersal dari tanaman padi, tapi juga dari tanaman budidaya lain, seperti talas beneng dan porang yang nantinya bisa menjadikan Banten penopang pangan Ibu Kota DKI Jakarta, bahkan bisa ekspor ke luar negeri.
Prof. Anton mengajak semua pihak khususnya di Banten dan secara umum di nasional untuk berkontribusi meningkatkan sektor pertanian. Pemerintah daerah melalui kebijakan ketahanan pangan dan mendigitalisasi bidang pertanian, korporasi bisnis melalui penjualan hasil pertaniannya sampai ke kosumen. Komunitas petani melalu pembinaan petani mulai dengan memberikan bibit berkualitas, cara penanaman yang efisien dan efektif, menggunakan pupuk organik sampai sinergi dengan korporasi yang bisa menjamin pembelian hasil panennya.
“Hari ini saya dan teman-teman sangat senang, sudah melakukan demplot 15 jenis pohon pisang yang dinamakan Perkebunan Pisang PUB. Kami juga melakukan demplot talas beneng dan porang yang dinamakan Perkebunan INTANI,” ujar Prof. Anton.
15 jenis pisang yang telah ditanam itu di antaranya Pisang Panggalek, Pisang Ambon Pendek, Pisang Ambon Gede, Pisang Kepok, Pisang Mulih, Pisang Ketan, Pisang Nangka, Pisang Jela, Pisang Emas, Pisang Cavendis, Pisang Papan, Pisang Raja, Pisang Hurang, Pisang Ambon Lumut dan Pisang Apu/Gejloh.
Muhammad Hasan Gaido bertindak sebagai moderator dalam dialog ini mengatakan bahwa kegiatan kali ini merupakan sinergi dan kolaborasi yang baik bahwa di Banten ada Kawasan Wisata Halal Baduy Outbound tersedia seluas 12 hektar yang bisa dijadikan tempat percontohan berbagai budidaya tanaman dan perikanan.
“Kami Gaido Super Holding sangat mendukung kegiatan ini sebagai bentuk komitment kami berkolaborasi dengan Swasta, Pemerintah, Akademis dan Komunitas dalam mewujudkan ketahanan pangan di Banten sekaligus juga untuk mempromosikan Wisata Halal yang ada di Banten. ” Ujar Hasan Gaido.
Mohammad Rikza selaku Direktur PT Bisnis Banten, pengelola Kawasan Wisata Halal Baduy Outbound menyampaikan bahwa dari sejak awal pendiriannya tahun 2014 oleh pendiri Gaido Group, Muhammad Hasan Gaido, Kawasan Wisata Halal Baduy Outbound mengusung 8 Destinasi Wisata yaitu wisata alam, wisata pertanian, wisata perkebunan, wisata perikanan, wisata peternakan, wisata kuliner, wisata budaya dan wisata outbound.
Pada tahun 2016, kami mengadakan grand launching yang ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh Gubernur Banten, Rano Karno.
Kami bangga sudah menjadi tempat berbagai ajang kegiatan tingkat provinsi, nasional bahkan internasional. Sebut saja acara Muzakarah Pendekar Internasional pada 4-5 Mei 2018 yang diikuti pendekar silat dunia di antaranya dari Amerika Serikat, Belanda, Indonesia, Swiss, dan Perancis. Sementara pada 12-15 September 2019 kami kedatangan tamu dari 14 negara di antaranya: Kostarika, Vietnam, Malaysia, Uzbekistan, Bangladesh, India, Timor Leste, Filipina, Belarus, Ghana, Thailand, Indonesia, Myanmar, dan Rusia dalam rangka World Village Leadership Camp 2019.
Di masa pandemi Covid-19, kami tetep membuka bagi siappun yang ingin berkegiatan di Kawasan Wisata Baduy Outbound dengan menerapkan standar protokol ksehatan pencegahan Covid-19.
Pemandangan landscape Gunung Karang di Barat dan Kota Serang, Banten di Timur, kemudian udara sejuk khas pedesaan tentu semakin memanjakan para wisatawan. Apalagi jarak dan akses yang mudah ditempuh cukup 20 menit dari tol Serang Timur dan 10 menit dari Banten Sport Center.
Ayo datang dan nikmati 8 Destinasi Wisata di Kawasan Wisata Baduy Outbound, dan pulang membawa oleh-oleh beras, sayuran, ikan dan hasil perkebunan dan kerajinan UKM Banten.(**)