koranbanten.com – Gemerlap kehidupan kota, tak seindah perjuangan hidup yang harus dilalui sejumlah orang. Salah satunya adalah Dinu (nama samaran). Perjumpaan yang dapat dibilang tak disengaja dengan koranbanten.com, membuka sekelumit perjuangan hidup yang harus dilalui pria muda belia ini.
Bergaul dengan sampah, merupakan rutinitas harian yang harus dilakoni Dinu. Bagi sebagian orang mungkin hal ini adalah hal yang menjijikan. Namun, apa mau dikata di usinya yang baru 22 tahun, Dinu harus berjibaku menafkahi keluarganya. Ibu dan kedua orang adiknya, menjadi tanggungjawab penuh Dinu setelah sang ayah tercinta, dipanggil Sang Khalik 5 tahun silam.
Hari demi hari dilalui Dinu dengan rutinitas yang nyaris tidak berubah “bergaul dengan sampah”. Bahkan terkadang, Dinu-pun harus rela mengais rizki di tumpukkan sampah hingga larut malam dibisingnya ibu kota, jika dirasa hasil yang diperoleh, belum cukup untuk memberi makan keluarganya.
Tumpukkan sampah merupakan harta bagi Dinu, karena disanalah ia menemukan kebahagiaan, tatkala ibunya yang lumpuh dan kedua adiknya, tersenyum bahagia karena tak harus menahan lapar. Dinu adalah satu dari sekian banyak realita kehidupan di negeri ini. Siapa yang patut peduli dan siapa pula yang patut disalahkan. Anda, mereka atau saya. (pan).