KORANBANTEN.COM-Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Lebak, optimistis produk batik lokal hasil kerajinan Industri Kecil dan Menengah (IKM) di daerah ini bisa menembus pasar dunia.
Rasa optimis yang digaungkan tersebut bukanlah tanpa sebab, akan tetapi, Disperindag kerap memberi pelatihan pewarna alami dari dedaunan dan pepohonan kepada pengrajin. Sehingga batik lokal memiliki warna serta corak tersendiri yang berbeda dengan batik lainnya di Indonesia.
“Kita terus meningkat kualitas dan mutu batik lokal itu. Kami menyelenggarakan pelatihan pewarna alami itu sejak sebelum COVID-19,”kata Indah Tipla Bayiza, Kepala Bidang Industri Disperindag Kabupaten Lebak, kepada wartawan, Minggu(15/1/2023).
Lebih jauh ia mengatakan, konsumen batik lokal khas Lebak itu, selain ASN, BUMD, BUMN, juga kalangan remaja dan masyarakat umum.
Batik lokal Lebak, kata dia, memiliki 12 motif serta warna yang memiliki filosofi kehidupan masyarakat adat Badui yang bersahaja dan sudah dilindungi hak cipta oleh Kementerian Hukum dan HAM.
“Kami juga mendorong produk batik lokal khas Lebak bisa menembus pasar dunia,” ujar Ihda.
Umsaroh, seorang pelaku IKM, mengaku saat ini permintaan batik lokal meningkat dari berbagai daerah pascapandemi COVID-19, sehingga omzetnya bisa mencapai Rp250 juta/bulan dan menyerap 40 tenaga kerja.
“Kami kini melayani pesanan dari perusahaan BUMN Tangerang hingga ribuan kain batik,” kata Umsaroh.
Sementara itu, Farid Dermawan , Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Lebak mengatakan, pihaknya sudah mempromosikan batik lokal khas Lebak ke sejumlah negara di Benua Eropa, seperti Italia, Rusia, Inggris, dan Jerman, bekerja sama dengan pengusaha dari negara-negara tersebut.
Menurutnya, tanggapan masyarakat Eropa terhadap batik lokal Lebak cukup positif dan banyak permintaan dari beberapa negara di Eropa.(Aswapi)