BANDUNG – Keluarga besar Pesatuan Islam (PERSIS) akan menyelenggarakan serangkaian ibadah, saat terjadi gerhana bulan total (GBT). Berdasarakan keputusan Dewan Hisab dan Rukyat PP PERSIS, GBT itu dimulai pada pukul 23.27:00 WIB (7 September 2025) dan berakhir pada pukul 02 : 56 : 26 WIB (8 September 2025). GBT itu sendiri akan terjadi di seluruh wilayah Indonesia. Untuk waktu Indonesia tengah ditambah 1 jam dan ditambah 2 jam untuk waktu Indonesia timur.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Islam (PP PERSIS), Dr. K.H. Jeje Zaenudin, M.Ag. mengajak umat Islam agar mengisi saat-saat terjadi GBT itu dengan serangkaian ibadah, seperti doa, takbir, salat, dan sedekah.”Momentum untuk berdoa dan berzikir untuk kebaikan dan keberkahan negeri ini,” kata Ketua Umum, di Kantor PP PERSIS Bandung, Sabtu (06/09/25).
Untuk keseragaman pelaksanaan ibadah, sebagaimana bunyi Surat Edaran tentang Gerhana Buan Total, PP PERSIS mengimbau para anggotanya untuk menggemakan takbir mulai pukul 01. 00 WIB (8 September 2025), lalu diikuti dengan salat berjamaah mulai pukul 01.30 WIB, dilanjutkan dengan khotbah GBT dan pengumpulan sedekah.
Serangkaian ibadah pada saat-saat terjadi GBT itu, antra lain, seperti pesan Ketua Umum PP PERSIS, doa dan zikir, terutama kini saat manusia Indonesia harus lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. “Semoga kita terhindar dari gangguan stabilitas politik dan situasi yang merugikan,” kata Ketua Umum PP PERSIS pula.
Terkait dengan situsi sekarang yang tampak sedang tidak baik-baik saja, Ketua Umum PP PERSIS sudah menyampaikan aspirasinya secara langsung kepada Presiden Prabowo Subiyanto, saat acara pertemuan dengan para ketua 16 ormas Islam, di Hambalang, Kabupaten Bogor (Jawa Barat), Sabtu (30/08/25). Lebih dari itu, PP PERSIS kemudian menerbitkan surat edaran, berisi imbauan tausiah agar meneguhkan ketaatan kepada Allah SWT dan rasul-Nya, serta menaati Pemerintah sepanjang tidak bertentangan dengan syariat Islam.
Salat Gerhana Pertama zaman Rasulullah SAW
Salah seorang Rsulullah SAW, Ibrahim (dari Ibunda Mariyah Al-Qibtiyah) wafat, pada usia anak-anak. Pada saat yang sama, terjadilah gerhana matahari. Banyak orang yang menghubungkan gerhana matahari itu terjadi sebagai ungkapan dukacita atas wafatnya Ibrahim itu.
Rasulullah SAW membantahnya, seperti disampaikan dalam khotbahnya, “Sesungguhnya matahari dan bulan itu dua tanda-tanda kekuasaan Allah dari banyaknya tanda-tanda kekuasaan Allah. Matahari tidaklah gerhana karena matinya seseorang, tidak pula terjadi gerhana karena lahirnya seseorang…”.
Dalam hadis dari Aisyah, dicatat Al-Bukhari, di antara khotbah Rasulullah SAW berisi anjuran agar berdoa, bertakbir, salat, dan sedekah. Berdasarkan hadis inilah, kelurga besar PERSIS akan mengumandangkan takbir pada Senin dini hari, saat-saat puncak terjadi GBT.
Gerhana pada zaman Rasulullah SAW yang bertepatan dengan wafatnya Ibrahm outranya itu, terjadi pada pukul 08.30, tanggal 29 Syawal tahun 10 Hijriah, atau bertepatan dengan tanggal 27 Juni tahun 632 Masehi, Inilah yang disebutkan Mahmud Basya Al-Falaki, dalam kitab Nataaiju Al-Afhaam fi Taqwiimi Al-Arabi Qabla Al-Islam, seperti dikutip K.H. Aceng Zakaria dalam kitabya, Al-Hidayah fi Masail Fiqhiyah Muta’aardlah. di bagain bahasan salat gerhana matahari.
Dalam bahasa Arab, bahasa Arab gerhana mumnya ada dua, gerhana bulan disebut khusuuf dan gerhana matahari disebut kusuuf. Gerhana yang terjadi pada zaman Rasulullah SAW itu kusuuf (gerhana matahari)
Jumlah Rakaat Salat Gerhana
Para ulama sepakat, salat gerhana dua rakaat. Namun, yang menjadi bahan prdebatan para ulama tentang jumlah setiap rakaat. Ada yang menyebut setiap rakaat itu terdiri dari dua kali baca Al-Fatihah, dua kali baca surat Al-Qur’an, dua kali rukuk, dan dua kali sujud. Ada pula yang menyebut setiap rakaat itu tiga kali baca Al-Fatihah, tiga kali baca surat Al-Qur’an, dan tiga kali rukuk. Ada pula yang menyebutkan setiap rakaat itu terdiri dari empat kali baca Al-Fatihah, empat kali bac surat Al-Qur’an, dan empat kali rukuk, dan seterusnya, sampai ada hadis yang menyebutkan lima rakaat di setiap rakaatnya.
Perbedaan hasil ijtihad para ulama itu yang betul mesti saja satu versi, karena salat gerhana zaman Rasulullah SAW hanya sekali. Kalau salat gerhana itu berkali-kali pada zamannya itu, bisa dipahami bahwa model atau jumlah rakaat di setiap rakaat itu berbeda-beda.pula. Semua ada dalil atau hadisnya.
Salat gerhana (matahari atau bulan) yang diamalkan PP Persatuan Islam (PERSIS) khususnya, dalam pandangan para ulamanya PP PERSIS sendiri, adalah versi dua rakaat setiap satu rakaat, artinya, satu rakaat pertama terdiri dari dua kali baca Al-Fatihah, dua kali baca surat Al-Qu’an, dan dua kali rukuk. Hadis versi dua rakaat dengan empat kali sujud ini diriwayatkan oleh Aisyah, dicatat oleh Al-Bukhari dan Muslim, hadis yang diakui paling sahih di antara hadis-hadis yang ada tentang jumlah rakaat salat gerhana. (Dean Al-Gamereau)