koranbanten.com-Berakhirnya tahun 2015 tidak hanya menandakan pergantian tahun, tapi juga menandakan masuknya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) ke Indonesia. Hadirnya MEA dinilai memiliki sisi negatif dan positif. Contoh dari sisi positifnya adalah produk dan jasa dari dalam negeri memiliki daya saing dengan produk luar negeri sehingga meningkatkan kualitasnya, selain itu lapangan pekerjaan pun akan bertambah seiring dengan bertambahnya perusahaan dari dalam negri maupun luar negri.
Akan tetapi hal tersebut juga memiliki sisi negatifnya, yaitu jika produk dan jasa kita kalah bersaing dengan luar negeri maka akan membuat produk dan jasa kita tidak lagu dan menghasilkan kerugian sehingga meningkatkan jumlah pengangguran. Selain karena hal tersebut, kurangnya sosialisasi dan arahan dari pemerintah kepada masyarakat sehingga masyarakat, khususnya di kalangan mahasiswa fakulas teknik kurang wawasan mengenai MEA itu sendiri.
Ketua BEM Fakultas Teknik Universitas Tirtayaya (Untirta) Diki Alwasi yang di temui di Untirta Fakultas Tehnik Cilegon, kualitas atau sumber daya manusia di Indonesia masih amat kurang. Akan tetapi kita harus bisa positif menghadapi MEA, sehingga para mahasiswa atau calon pekerja merasa tertantang untuk meningkatkan soft skill maupun hard skill di bidang jurusan masing-masing dalam menghadapi MEA, hal tersebut lebih baik ketimbang hanya menghawatirkan dampak negatifnya saja.
Terkait keterbukaan pasar bebas tunggal sebagai salah satu visi MEA, budaya luar khususnya budaya negara anggota ASEAN akan dapat mudah masuk ke Indonesia. Maka Indonesia pun harus membangun kembali rasa cinta tanah air.
Menurut Diki untuk menumbuhkan kembali rasa cinta tanah air bisa melalui kegiatan yang mengenai budaya. “Di setiap tahunnya kita juga mempunyai program kerja, kita menginginkan mereka bisa balance atau seimbang dalam keprofesionalannya masing-masing seperti mengadakan kegiatan yang berbau kesenian dan budaya daerah,” Ujar Diki.
Salah satunya adalah dengan mengekspose tari kesenian dan budaya. Di kalangan mahasiswa acara tersebut rutin diadakan dalam memeringati hari-hari besar nasional, selain itu juga dirasa cukup efektif untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air.
Diki berharap dengan adanya MEA, masyarakat bisa menumbuhkan motivasi untuk bersaing dalam dunia kerja sebab banyaknya orang asing akan masuk ke Indonesia. “Disini saya melihat mindset masyarakat berkaitan dengan MEA malah merasa takut, seharusnya masyarakat merasa senang dan tertantang, sehingga masyarakat Indonesia memiliki peluang yang besar untuk mendapatkan posisi di dunia kerja,” jelasnya.
Menurut Diki, Indonesia belum siap untuk menghadapi MEA, bahkan dalam segi keinsiyuran sendiri masih sangat dibutuhkan banyaknya tenaga ahli yaitu, sekitar 200.000 tenaga ahli. “Kami khawatir posisi dalam bidang keinsinyuran lebih dulu terisi oleh masyarakat asing, bila kesiapan SDM di Indonesia tidak juga siap,” tambahnya.
Di Untirta sendiri telah bergulir program pertukaran mahasiswa yang bekerja sama dengan salah satu universitas di Korea yang telah berjalan selama tiga tahun. Mahasiswa terpilih merupakan mahasiswa yang telah mengikuti seleksi dan memenuhi kualifikasi. Dengan adanya MEA, diharapkan agar Untirta bisa mengambil peluang yaitu dengan mengirimkan mahasiswa-mahasisnya ke seluruh negara-negara ASEAN.