SERANG – Banyak orang tidak menyadari bahwa kesehatan hati mereka bisa terganggu tanpa gejala yang jelas. Hepatosteatosis, atau lebih dikenal sebagai penyakit hati berlemak, merupakan kondisi akibat penumpukan lemak di hati.
Jika dibiarkan tanpa penanganan, kondisi ini dapat berkembang menjadi peradangan hati yang berisiko menyebabkan sirosis atau bahkan gagal hati.
Menurut dr. Michael Y, Sp.PD, dokter spesialis penyakit dalam Bethsaida Hospital Serang, hepatosteatosis adalah salah satu masalah kesehatan yang semakin sering ditemukan di masyarakat.
“Perlemakan hati sering kali tidak menunjukkan gejala di awal, sehingga banyak pasien baru mengetahuinya saat menjalani pemeriksaan kesehatan rutin. Padahal, jika tidak dikendalikan, kondisi ini dapat berkembang menjadi peradangan yang berisiko menyebabkan kerusakan hati permanen,” jelasnya.
Penyebab Hepatosteatosis
Secara umum, hepatosteatosis terbagi menjadi dua kategori berdasarkan penyebabnya:
1. Hepatosteatosis Non-Alkoholik (NAFLD)
Kondisi ini terjadi bukan karena konsumsi alkohol, melainkan akibat faktor gaya hidup yang tidak sehat, seperti Obesitas serta pola makan tinggi lemak dan gula
Diabetes tipe 2 serta resistensi insulin
Kadar kolesterol dan trigliserida yang tinggi
Kurangnya aktivitas fisik
2. Hepatosteatosis Alkoholik (AFLD)
Berbeda dengan NAFLD, jenis ini disebabkan oleh konsumsi alkohol berlebihan yang merusak sel hati dan menyebabkan penumpukan lemak.
Gejala yang Perlu Diwaspadai
Pada tahap awal, hepatosteatosis sering kali tidak menimbulkan keluhan, namun seiring waktu, beberapa gejala dapat mulai muncul, di antaranya:
*Rasa nyeri atau ketidaknyamanan di perut kanan atas
*Mudah lelah dan kehilangan energi
*Penurunan berat badan tanpa penyebab yang jelas
*Pembesaran hati yang hanya dapat diketahui melalui pemeriksaan medis
Jika kondisi ini berkembang menjadi steatohepatitis, peradangan hati yang lebih serius, gejalanya bisa meliputi:
*Kulit dan bagian putih mata menguning (jaundice)
*Pembengkakan di perut dan kaki akibat retensi cairan
*Mudah mengalami memar atau perdarahan
Bagaimana Cara Mendiagnosisnya?
Karena sering kali tidak bergejala, hepatosteatosis umumnya ditemukan secara tidak sengaja saat seseorang menjalani pemeriksaan kesehatan rutin.
Beberapa metode yang digunakan dokter untuk memastikan kondisi ini meliputi:
*Tes darah – Mengevaluasi fungsi hati melalui kadar enzim hati (SGPT, SGOT)
*USG perut – Mendeteksi keberadaan lemak di hati
*CT scan atau MRI – Memberikan gambaran lebih rinci mengenai kondisi hati
*Biopsi hati – Dilakukan jika diperlukan untuk mengetahui tingkat kerusakan hati secara lebih akurat.
“USG hati adalah pemeriksaan yang paling sering digunakan untuk mendeteksi hepatosteatosis, tetapi pada kasus tertentu, pemeriksaan lebih lanjut seperti FibroScan atau MRI mungkin dibutuhkan untuk menilai tingkat kerusakan hati secara lebih mendetail,” jelas dr. Michael.
Bethsaida Hospital Serang memiliki Klinik Penyakit Dalam yang lengkap untuk menangani berbagai gangguan kesehatan, termasuk hepatosteatosis.
Dengan fasilitas diagnostik modern serta layanan dari dokter spesialis berpengalaman, pasien dapat memperoleh pemeriksaan serta perawatan yang optimal.
dr. Tirtamulya, Direktur Bethsaida Hospital Serang menjelaskan,
“Klinik Penyakit Dalam kami didukung oleh teknologi diagnostik yang lengkap, mulai dari USG, laboratorium, hingga layanan konsultasi spesialis untuk membantu pasien mendapatkan diagnosis dan perawatan yang tepat sejak dini. Kami berharap masyarakat semakin sadar akan pentingnya menjaga kesehatan hati dan tidak ragu untuk melakukan pemeriksaan jika memiliki faktor risiko,” jelas dr. Tirtamulya, Direktur Bethsaida Hospital Serang.
Mengingat hepatosteatosis seringkali berkembang tanpa gejala awal, pemeriksaan kesehatan secara rutin sangat dianjurkan, terutama bagi mereka yang memiliki faktor risiko seperti obesitas, diabetes, atau pola makan yang tidak sehat.
Jika mengalami gejala atau memiliki hasil pemeriksaan yang menunjukkan tanda-tanda perlemakan hati, segera konsultasikan dengan dokter untuk langkah penanganan yang tepat.(*)