KORANBANTEN.COM – Kepala Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiah, Drs. Hikmatullah Jamud M.SI saat ditemui di kantornya, kampus STIT Al-Khairiyah, Kelurahan Citangkil, Kecamatan, Citangkil, Rabu (08/05/19).
Hikmat mengatakan puasa itu bukan untuk bermalas-malasan, bukan untuk santai-santai. Tapi, puasa itu justru untuk menciptakan etos kerja yang baik.
“Dalam firman Allah dijelaskan bahwa tujuan berpuasa itu untuk menciptakan orang yang takwa. Dalam beberapa ayat orang yang takwa itu dijelaskan orang yang akan diberi rizki oleh Allah dari yang tidak terduga-duga, orang yang akan selalu diberikan solusi dari segala kesulitan,” ujarnya.
“Jadi tidak mungkin orang yang malas akan diberi rizki oleh Allah, dan tidak mungkin orang yang malas akan diberi solusi yang baik. Tentu, mereka yang diberi rizki oleh Allah dengan mudah dan dikasih solusi dalam segala kesulitan adalah mereka orang yang mau kerja secara baik. Makna dari takwa itu adalah orang yang baik,” imbuh Hikmat.
Ditambahkan Hikmat, dalam melaksanakan puasa, setiap muslim diperintahkan untuk mengerjakan berbagai macam kebaikan.
“Misalnya membaca Al-Qur’an, shalat tarawih, menyantuni fakir miskin. Selain itu, Orang yang berpuasa juga diperintahkan untuk senantiasa menjaga mulutnya dari pembicaraan yang tidak baik, misalnya berdusta, memfitnah, mengadu domba, menjelekkan nama baik orang lain itu jelas bahwa orang yang semacam itu puasanya tidak mendapat apa-apa,” papar Hikmat.
Dari berbagai kegiatan berpuasa, lanjut Hikmat, dapat kita tarik pelajaran yang sangat berharga. Pertama, dari sisi niat. Orang yang berpuasa dipandang tidak sah puasanya apabila tidak ada niat pada malam hari. Ini menunjukkan bahwa semua pekerjaan yang kita lakukan itu harus berdasarkan rencana.
“Harusnya dalam semua kegiatan, itu harus direncanakan terlebih dahulu. Sebab dengan perencanaan itu, kita akan lebih semangat, kita juga akan bisa mengukur sudah sampai mana keberhasilannya. Atau tidak berhasil itu bisa diukur dengan rencana. Karena itu di dalam Islam dijelaskan bahwa rencana yang baik lebih baik dari pada pekerjaannya,” pungkas Hikmat.
Ditegaskan Hikmat, orang yang berpuasa juga harus disiplin. Disiplin apa? Disiplin waktu dan disiplin aturan. “Demikian pula dalam aktivitas kita sehari-hari makan memerlukan disiplin. Disiplin tentang waktu kapan kita mulai dan kapan kita mengakhiri. Seperti puasa. Kapan kita mulai puasa? Puasa dimulai sejak terbit fajar. Kemudian kapan kita mengakhiri? Sampai terbenam matahari. Bila kurang dari itu, maka dipandang puasanya tidak sah. Ini mestinya kita jadikan pelajaran dalam aktivitas kita melaksanakan tugas kantor, di sekolah, dan di berbagai tempat maka harus disiplin waktu. Juga disiplin aturan, yakni ada rambu-rambu yang tidak boleh kita lakukan. Misal dalam berpuasa, kita tidak boleh makan, minum, bersenggama, dan lain-lain. Demikian pula dalam pekerjaan kita sehari-hari, harus disiplin aturan. Tentu, itu sudah diatur dalam lembaga masing-masing mana yang harus ditinggalkan dan mana yang harus dikerjakan. Nah, puasa mengajari seperti itu disiplin waktu dan juga disiplin aturan,” urai Hikmat.
Lebih jauh diterangkan Hikmat, puasa juga selalu mengajari untuk selalu taat. Taat kepada Allah, baik disaat kita sendiri maupun disaat bersama orang banyak. Kita harus taat kepada aturan, tidak boleh kita langgar. Demikian pula dalam pekerjaan kita, selain disiplin, kita harus menaati. Taat kepada Allah dan Rasul-Nya juga kepada pemimpin. Insya Allah, bila semua itu kita jalankan di dalam pekerjaan kita sehari-hari kita landasi dengan rencana yang baik, kita laksanakan dengan penuh kedisiplinan, dan kita taat kepada pimpinan. Pasti kita akan memperoleh hasil yang baik
“Jadi, puasa bukan untuk mendidik manusia menjadi manusia yang malas, tapi puasa mengantarkan kita untuk menjadi manusia yang baik, yaitu manusia yang memiliki etos kerja yang baik. Dengan etos kerja yang baik, maka produksi kita akan baik. Demikian pula dengan etos kerja yang baik, negara kita, organisasi kita akan menjadi baik dan maju. Harapannya bahwa puasa yang dilaksanakan oleh kaum muslim tidak hanya sekedar menahan lapar dan dahaga, tapi puasa yang membuahkan hasil yaitu menciptakan etos kerja yang baik,” tutup hikmat (Eko).
Kepala Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiah, Drs. Hikmatullah Jamud M.SI saat ditemui di kantornya, kampus STIT Al-Khairiyah, Kelurahan Citangkil, Kecamatan, Citangkil, Rabu (08/05/19).
Hikmat mengatakan puasa itu bukan untuk bermalas-malasan, bukan untuk santai-santai. Tapi, puasa itu justru untuk menciptakan etos kerja yang baik.
“Dalam firman Allah dijelaskan bahwa tujuan berpuasa itu untuk menciptakan orang yang takwa. Dalam beberapa ayat orang yang takwa itu dijelaskan orang yang akan diberi rizki oleh Allah dari yang tidak terduga-duga, orang yang akan selalu diberikan solusi dari segala kesulitan,” ujarnya.
“Jadi tidak mungkin orang yang malas akan diberi rizki oleh Allah, dan tidak mungkin orang yang malas akan diberi solusi yang baik. Tentu, mereka yang diberi rizki oleh Allah dengan mudah dan dikasih solusi dalam segala kesulitan adalah mereka orang yang mau kerja secara baik. Makna dari takwa itu adalah orang yang baik,” imbuh Hikmat.
Ditambahkan Hikmat, dalam melaksanakan puasa, setiap muslim diperintahkan untuk mengerjakan berbagai macam kebaikan.
“Misalnya membaca Al-Qur’an, shalat tarawih, menyantuni fakir miskin. Selain itu, Orang yang berpuasa juga diperintahkan untuk senantiasa menjaga mulutnya dari pembicaraan yang tidak baik, misalnya berdusta, memfitnah, mengadu domba, menjelekkan nama baik orang lain itu jelas bahwa orang yang semacam itu puasanya tidak mendapat apa-apa,” papar Hikmat.
Dari berbagai kegiatan berpuasa, lanjut Hikmat, dapat kita tarik pelajaran yang sangat berharga. Pertama, dari sisi niat. Orang yang berpuasa dipandang tidak sah puasanya apabila tidak ada niat pada malam hari. Ini menunjukkan bahwa semua pekerjaan yang kita lakukan itu harus berdasarkan rencana.
“Harusnya dalam semua kegiatan, itu harus direncanakan terlebih dahulu. Sebab dengan perencanaan itu, kita akan lebih semangat, kita juga akan bisa mengukur sudah sampai mana keberhasilannya. Atau tidak berhasil itu bisa diukur dengan rencana. Karena itu di dalam Islam dijelaskan bahwa rencana yang baik lebih baik dari pada pekerjaannya,” pungkas Hikmat.
Ditegaskan Hikmat, orang yang berpuasa juga harus disiplin. Disiplin apa? Disiplin waktu dan disiplin aturan. “Demikian pula dalam aktivitas kita sehari-hari makan memerlukan disiplin. Disiplin tentang waktu kapan kita mulai dan kapan kita mengakhiri. Seperti puasa. Kapan kita mulai puasa? Puasa dimulai sejak terbit fajar. Kemudian kapan kita mengakhiri? Sampai terbenam matahari. Bila kurang dari itu, maka dipandang puasanya tidak sah. Ini mestinya kita jadikan pelajaran dalam aktivitas kita melaksanakan tugas kantor, di sekolah, dan di berbagai tempat maka harus disiplin waktu. Juga disiplin aturan, yakni ada rambu-rambu yang tidak boleh kita lakukan. Misal dalam berpuasa, kita tidak boleh makan, minum, bersenggama, dan lain-lain. Demikian pula dalam pekerjaan kita sehari-hari, harus disiplin aturan. Tentu, itu sudah diatur dalam lembaga masing-masing mana yang harus ditinggalkan dan mana yang harus dikerjakan. Nah, puasa mengajari seperti itu disiplin waktu dan juga disiplin aturan,” urai Hikmat.
Lebih jauh diterangkan Hikmat, puasa juga selalu mengajari untuk selalu taat. Taat kepada Allah, baik disaat kita sendiri maupun disaat bersama orang banyak. Kita harus taat kepada aturan, tidak boleh kita langgar. Demikian pula dalam pekerjaan kita, selain disiplin, kita harus menaati. Taat kepada Allah dan Rasul-Nya juga kepada pemimpin. Insya Allah, bila semua itu kita jalankan di dalam pekerjaan kita sehari-hari kita landasi dengan rencana yang baik, kita laksanakan dengan penuh kedisiplinan, dan kita taat kepada pimpinan. Pasti kita akan memperoleh hasil yang baik
“Jadi, puasa bukan untuk mendidik manusia menjadi manusia yang malas, tapi puasa mengantarkan kita untuk menjadi manusia yang baik, yaitu manusia yang memiliki etos kerja yang baik. Dengan etos kerja yang baik, maka produksi kita akan baik. Demikian pula dengan etos kerja yang baik, negara kita, organisasi kita akan menjadi baik dan maju. Harapannya bahwa puasa yang dilaksanakan oleh kaum muslim tidak hanya sekedar menahan lapar dan dahaga, tapi puasa yang membuahkan hasil yaitu menciptakan etos kerja yang baik,” tutup Hikmat. (Eko)