koranbanten.com – Enah (30) seorang ibu hamil warga Kampung Kadugedong, Desa Sindangresmi, Kecamatan Sindangresmi yang ditandu oleh warga menggunakan sarung, sebelumnya telah mendapatkan penanganan bidan desa Puskesmas Sindangresmi.
“Pada Jumat 30 April 2022 pukul 09.00, pasien datang ke rumah bidan desa mengeluh perut kencang sejak 3 hari lalu karena lagi hamil 6 bulan, dan 1 minggu yang lalu pasien dianjurkan untuk USG. Setelah di USG, pasien didiagnosa kelebihan ketuban dan dianjurkan untuk di rujuk ke poli kandungan,” kata Kepala Puskesmas Sindangresmi Hamdan dihubungi melalui telepon seluler, Senin (3/5/21).
Beberapa hari terakhir, kata dia, petugas kembali menerima informasi dari bidan desa pasien kembali mengeluh sakit. Bidan desa didampingi keluarga membawa pasien ke puskesmas dengan cara ditandu. Sebab, pasien tinggal cukup jauh dari permukiman, sehingga akses jalan masih setapak.
“Pada Sabtu 1 Mei tetangga pasien menghubungi bidan desa, pasien keluar cairan, dan gerak janin sudah tidak terasa, bidan desa menganjurkan pasien ke puskemas, dan pasien dibawa dengan cara ditandu karena rumahnya sulit dijangkau kendaraan,” ujarnya.
Setelah pasien sampai di puskesmas, kata dia, pasien langsung mendapatkan penanganan medis. Sayangnya, bayi tersebut tak mampu diselamatkan akibat pasien kelebihan ketuban.
“Pada saat pasien sampai di puskesmas langsung diperiksa oleh bidan piket, tapi bayi dinyatakan sudah tidak terdengar detak jantung. Bayi pertama lahir pukul 16.00 secara spontan dengan berat badan 500 gram, warna kulit biru pucat, tidak menangis, pada pukul 16.05 bayi kedua lahir spontan, warna kulit kehitaman tidak menangis berat badan 500 gram. Apalagi sebelumnya pasien ini habis di urut dukun paraji, sehingga perut menjadi tegang dan lahir sebelum waktunya,” terangnya.
Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Kesehatan Pandeglang Raden Dewi Setiani mengatakan, tim medis Puskesmas Sindangresmi melalui bidan desa telah memberikan penanganan medis terhadap pasien dengan maksimal. Namun akibat kondisi bayi dalam kandungan pasien kurang baik, akhirnya bayi tidak dapat tertolong.
“Petugas kami sudah berusaha menyelamatkan pasien dan bayi dalam kandungannya. Terkait bayi dalam rahim meninggalnya di mana, kami tidak bisa memastikan,” katanya.
Menurutnya, berdasarkan laporan dari puskesmas pasien itu ditandu akibat akses jalan menuju rumahnya sulit dijangkau oleh kendaraan.
“Pasien ditandu itu karena jarak jangkau oleh kendaraan sangat sulit. Hasil koordinasi dengan Puskesmas Sindangresmi pasien sangat mengapresiasi pelayanan yang telah diberikan petugas, dan bersyukur bisa diselamatkan,” terangnya.
Menurut dia, dinasnya terus mengoptimalkan peran bidan desa di Pandeglang untuk selalu memberikan pelayanan kesehatan masyarakat secara optimal.
“Kita selalu berusaha agar pelayanan kesehatan dapat berjalan sesuai harapan masyarakat, dan petugas kita akan memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan baik,” ujarnya.(Asep)