SERANG – Walikota Serang Syafrudin mengkritisi penggunaan bahasa bebasan yang dipraktekkan oleh peserta Kang Nong Kota Serang tahun 2021. Sebab, bahasa Jawa Serang yang mereka praktikkan masih bahasa pasaran (kasar).
Hal tersebut diketahui saat peserta Kang Nong memperkenal diri di hadapan Walikota dan Wakil Walikota Serang Syafrudin-Subadri Ushuludin dalam acara audiensi Kang Nong di Aula Setda lantai 1 Puspemkot Serang, Kota Serang, Kamis (24/6/2021).
Syafrudin mengatakan, penggunaan bahasa bebasan menjadi tuntutan bagi Kang Nong. Mereka merupakan duta kebudayaan, duta pariwisata, dan duta pembangunan Kota Serang.
“Ya Kang Nong itu dituntut untuk bisa melestarikan dan mengembangkan apa yang ada di Kota Serang ini, termasuk bebasan karena bebasan bagian dari budaya Kota Serang,” ujarnya, dilansir bantenraya.com.
Selain soal bebasan, Kang Nong pun dituntut harus mampu menguasai kebudayaan dan kesenian lainnya. Seperti sate bandeng, wisata religi, dan perguruan pencak silat. Sehingga nanti Kang Nong ini mampu mengantarkan tamu wisatawan luar ke tempat-tempat wisata religi, kuliner, dan lain sebagainya.
“Artinya kemampuan itu diperlukan untuk kang nong,” jelas dia.
Kepala Disparpora Kota Serang Yoyo Wicahyono mengakui bahwa anak-anak binaannya masih belum menguasai berbahasa bebasan. Pihaknya berjanji akan melakukan evaluasi agar kedepan Kang Nong mampu berbahasa bebasan dengan fasih.
“Ya itu menjadi catatan buat kami, karena masih menggunakan bahasa pasaran, belum bebasan. Kita memang standarnya belum ada. Nanti mudah-mudahan kalau sudah literasinya lengkap dan dibakukan nanti kita bisa sampaikan,” kata Yoyo.
Ia juga mengakui bahwa persoalan penggunaan berbahasa bebasan ini menjadi pekerjaan rumah (PR) Disparpora Kota Serang untuk para duta kebudayaan dan pariwisata Kota Serang. “Ya setiap tahun terulang terus karena memang harus kita akui memang jarang dipergunakan bahasa itu. (*/cr1)
Sumber: bantenraya.com