NEWS – Ketua DPP Partai Amanat Nasional (PAN) Saleh Partaonan Daulay menilai bergabungnya Partai Nasdem dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM) Prabowo-Gibran masih perlu dipertegas terkait konsep dan komitmen mereka bergabung ke KIM.
Menurut Saleh, secara konseptual, kubu Anies-Muhaimin selama ini konsisten menggaungkan konsep perubahan, dan hal ini bertolak belakang dengan Prabowo-Gibran yang mengusung keberlanjutan.
“Kalau PKB menyatakan perubahan itu penting nanti kalau gabung bagaimana? Kan kita melanjutkan bukan merubah, ini secara konseptual enggak bisa,” kata Saleh Daulay.
Saleh menilai kubu 03 Ganjar-Mahfud secara konsep lebih dekat dengan Prabowo-Gibran karena sama-sama ingin melanjutkan yang baik dan menyempurnakan. Berbeda dengan kubu 01 yang terang-terangan selama masa kampanye dan debat konsisten perubahan.
“Saya ingin begini, kalau mereka gabung ingin ini misalnya ‘Oh saya tidak ingin perubahan lagi, inginnya melanjutkan’, nah gitu. Daripada nanti masuk ke dalam koalisi tapi konsepnya masih perubahan,” ujarnya
Ia kemudian memberikan contoh program makan siang gratis yang ditentang kubu 01 dari Koalisi Perubahan. Sementara itu merupakan program andalan dari Prabowo-Gibran.
“Pak Prabowo kan konsepnya makan siang gratis, yang perubahan ini enggak mau, ditentang habis-habisan kok waktu itu. Nah begitu gabung ini masih perubahan atau makan siang gratis? Celakanya lagi dia dikasih program itu ya bisa enggak jalan itu,” paparnya.
Baginya, bergabungnya PKB dan Nasdem ke KIM belum tentu mereka bakal masuk ke dalam pemerintahan atau mendapat jatah kursi menteri di kabinet Prabowo-Gibran. Sebab, Prabowo ingin merangkul semua kekuatan politik baik di dalam dan di luar kabinet.
“Makanya ini belum tentu juga mereka masuk, jangan juga kita justifikasi masuk (kabinet). Walaupun secara politik kalau mereka gabung akan memperkuat posisi pak Prabowo di DPR, itu pasti dan itu kita butuhkan,” paparnya.