Ada kisah menarik dari ledakan bom panci di Lapangan Pandawa, Kelurahan Arjuna, Kecamatan Cicendo, Bandung, Jawa Barat yang terjadi pada Senin pagi 27 Januari 2017. Kisah yang terbilang heroik ini datang dari dua pelajar kelas 11, SMA Negeri 6 Bandung, Syafii Nurhikman, 16 tahun, dan Lupy Muhamadtollah (17).
Syafii dan Lupy adalah saksi mata ledakan yang terjadi di Lapangan Pandawa. Saat itu keduanya tengah mengikuti pelajaran olahraga bersama teman-temannya. Menurut Lupy, ia melihat terduga pembawa bom panci, Yayat Cahdiyat, duduk di atas sepeda motor bernomor polisi T 4812 EV bersama seorang anak kecil.
“Saya melihat bapak itu lagi duduk di motor sama anak kecil, lagi ngobrol,” kata Lupy, saat ditemui di sekolahnya, Senin siang.
Disambut oleh Syafii, dia menuturkan tidak lama setelah itu pelaku beranjak dari sepeda motornya. Bom pun meledak hingga membuat kaget warga, tidak terkecuali Lupy dan Syafii.
Terdengar teriakan panik dari warga yang mengatakan bom dan teroris. Pria yang dilihat oleh Lupy dan Syafii di atas motor terlihat tergeletak di tanah. “Saya mau nolongin dia karena saya pikir dia kena ledakan. Orang-orang pada teriak ada bom, teroris-teroris,” ujar Syafii.
Saat akan ditolong, pria tersebut bangkit dari tanah. Lupy dan Syafii bersama teman-temannya malah ditodongkan senjata tajam oleh pria tersebut. Yayat Cahdiyat beranjak menjauh meninggalkan para siswa termasuk Lupy dan Syafii berlari kecil ke arah Kantor Kelurahan Arjuna.
“Pelaku ngeluarin pisau agak lari kayak lagi joging sambil bawa pisau. Terus masuk ke kelurahan,” ujar Syafii.
Tidak mau ambil risiko, keduanya menjaga jarak namun tetap mengikuti pelaku dari belakang hingga masuk ke dalam Kantor Kelurahan Arjuna.
Pelaku sempat mengamuk halaman depan kelurahan sambil tetap menodongkan senjata tajam. Lupy dan Syafii pun tetiba keluar jiwa heroiknya. Lupy mengajak duel si teroris dengan memberikan tantangan dengan bahasa sunda.
“Saya sempat bilang sama pelaku, menyerahkan diri saja. Dia bilang enggak bisa. Saya ajak duel. Saya bilang kalau mau buang pisaunya. Dia malah nantang, dia bilang kalau berani sini. Tapi dia malah ke atas (kantor kelurahan),” ujar Lupy diikuti Syafii. @opik