KORANBANTEN.COM-Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Lebak menyatakan prihatin berkurangnya wilayah penampungan air hujan (Embung), termasuk kawasan hutan sebagai penyerapan air saat ini menjadi terbuka atau gundul akibat pesatnya pembangunan bahkan ilegal logging. Sehingga, Lebak menjadi wilayah krisis lahan Penyerapan air.
Kepala DLH Lebak, Nana Sunjana mengatakan, saat ini kawasan hutan diberbagai kecamatan di Kabupaten Lebak menjadi pemukiman baru hingga perkantoran dan gedung lainnya. Jika dalam pembangunannya mengabaikan keseimbangan alam, hal tersebut akan menjadi ancaman rawan terjadi bencana banjir dan longsor.
“Sekarang hujan lebih dari tiga jam saja bisa menimbulkan banjir, seperti yang terjadi beberapa hari lalu di Kecamatan Rangkasbitung,” kata Nana kepada Wartawan, di Ruang kerjanya, Rabu (22/09/2021).
Menurutnya, untuk mengantisipasi bencana alam pemerintah daerah meminta masyarakat agar melaksanakan gerakan gemar menanam pohon aneka tanam, baik di lahan pemukiman, aliran sungai hingga lahan terbuka. Gerakan tanam itu tentu memberikan nilai tambah untuk rehabilitasi penghijauan dan pelestarian alam demi kelangsungan hidup manusia agar tidak terdampak bencana alam.
“Kita berharap mulai sekarang masyarakat menggerakan gemar menanam pohon di lahan- lahan terbuka atau manfaatkan lahan di bantaran sungai-sungai dengan aneka tanaman yang dapat mencegah abrasi,” ujar Nana.
Sementara itu, salah seorang pemerhati lingkungan Kabupaten Lebak, Aep Saepudin menyambut baik gerakan gemar menanam pohon tersebut guna mengantisipasi bencana alam. Selama ini kata Aep, bencana alam di daerah itu kerap kali terjadi hingga mengakibatkan kerusakan infrastruktur sampai menimbulkan korban jiwa.
“Kami sangat mendukung gerakan gemar menanam pohon itu dan berharap segera bisa direalisasikan untuk tanam pohon bambu di sepanjang Sungai Ciujung, dengan dimulai oleh DLH sendiri,” ucap Aep.(red)