Ayat-Ayat Etik dan Etika Media
Verifikasi Informasi (Tabayyun). QS. Al-Ḥujurat : 6. “Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya…”. Prinsip Etik : verifikasi mendahului publikasi. Kecepatan bukan keutamaan. Salah informasi sama dengan kezaliman sosial. Etika Media : berita tanpa tabayyun adalah fitnah yang ditunda ledaknya.
Larangan Mengikuti dan Menyebarkan Tanpa Ilmu. Al-Isra : 36 “Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai ilmu tentangnya…”. Prinsip Etik : tak semua yang viral itu valid. Tak semua yang ramai itu benar. Etika media : share tanpa ilmu adalah dosa berjamaah.
Larangan Menyebarkan Fitnah dan Tuduhan Moral. An-Nur : 11 “Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu sendiri…” An-Nur : 15. “Kamu menganggapnya ringan, padahal di sisi Allah ia besar.” Prinsip Etik : gosip moral bukan hiburan. Reputasi manusia bukan bahan konsumsi. Etika Media : fitnah sering tampak kecil di layar, tetapi besar di hadapan Allah SWT. (besar dosanya).
Kewajiban Baik Sangka (Husnu Adz-dzan) dan Etika Persepsi. An-Nur: 12. “Mengapa orang-orang mukmin dan mukminat tidak berprasangka baik…”. Prinsip Etika: ketika media dimulai dari etika batin. Persepsi membentuk narasi. Etika Media : jurnalisme tanpa baik sangka (husnu adz-dzan) mudah tergelincir menjadi perburuan.
Larangan Menyakiti dengan Kata dan Narasi. Al-Aḥzab : 58 “Orang-orang yang menyakiti orang beriman tanpa kesalahan yang mereka perbuat, sungguh mereka telah memikul kebohongan dan dosa nyata.” Prinsip Etik: bahasa adalah tindakan moral. Narasi bisa melukai lebih dalamdarisenjata. Etika media : judul bisa menjadi luka yang tak sembuh.
Larangan Karakter Penyebar Gosip. Al-Qalam : 10-11 “Janganlah kamu mengikuti setiap orang yang suka bersumpah dan hina, yang banyak mencela dan menyebarkan fitnah.” Prinsip Etik : kredibilitas pembawa berita menentukan nilai berita. Tak semua sumber layak dikutip. Etika Media : media yang memberi panggung pada penyebar fitnah ikut menjadi bagian darinya. ikut berdosa.
Etika Bicara: Berkata Baik atau Diam. Al-Baqarah : 83 “…berkatalah yang baik kepada manusia…” Al-Aḥzāb : 70 “Berkatalah dengan perkataan yang benar.” Prinsip Etik: tidak netral itu boleh, asal benar dan adil. Diam adalah opsi etis. Etika Media: tidak semua ruang harus diisi suara.
Privasi dan Batas Informasi. An-Nur : 27 “Janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin…” Prinsip Etik: privasi adalah hak, bukan penghalang berita. Tidak semua yang tersembunyi harus dibuka. Etika Media: membuka aib bukan transparansi.
Larangan Mengolok dan Merendahkan. Al-Ḥujurat : 11 “Janganlah suatu kaum merendahkan kaum yang lain…” Prinsip Etik : humor publik bisa menjadi kekerasan simbolik. Satire tanpa empati adalah penindasan. Etika Media: tertawa bersama berbeda dengan menertawakan.
Prinsip Agung : Kehormatan Manusia. Al-Isra : 70 “Sungguh Kami telah memuliakan anak cucu Adam.”. Prinsip Etik Tertinggi : martabat manusia di atas segalanya. Media ada untuk menjaga kemuliaan, bukan meruntuhkannya. Etika Media Islam : jika sebuah berita merusak martabat tanpa maslahat yang sah, maka ia bukan kebenaran, melainkan kekerasan.
Reflektif
Al-Qur’an tak membangun media yang bising, tetapi membangun masyarakat yang beradab. Tak semua fakta bisa diungkapkan. Tak semua yang benar harus disiarkan. Juga, tak semua diam selalu identik dengan kelemahan.
Al-Qur’an, memang tak diturunkan khusus untuk wartawan atau pengguna media sosial. Namun, beberapa surat, asbab nuzulnya berkaitan dengan informasi, seperti Al-Hujurat : 6 dan An-Nur 11 – 20. Ayat-ayat itu sangat relevan kalau kini jadi pedoman wartawan dan pengguna media sosial.
Zaman kini zaman informasi. Setiap hari. kita dibanjiri informasi.Ayat-ayat itu memberi pedoman tentang penggunaan informasi yang beradab dan membangun peradaban. (Dean Al-Gamereau).





