DI tengah kemeriahan acara malam ulang tahun Ketua DPD RI, Oesman Sapta Odang, di kediamannya Jum’at (19/8) malam, sebuah hadiah tak biasa diberikan salah seorang tamu. Kado itu berupa buku berjudul “Jangan Putus OSO!”.
Buku tersebut bergambar sampul OSO, yang tak lain panggilan populer Oesman Sapta Odang sendiri, sedang memegang cambuk Tarian Caci dari Labuan Bajo, NTT.
Bayangan Ketua Umum Partai Hanura memegang cambuk dengan latar belakang warna putih, membuat buku ini terlihat fresh dan artistik. Mewakili sikap dan karakter OSO yang selalu optimistik menjalani tugas negara.
“Wah…dibuatkan buku,” kata Wakil Ketua MPR RI ini spontan menunjukkan buku ke arah sang istri, Serviati Oesman, yang sedang berdiri lembut di sampingnya. “Terimakasih, terimakasih…” ujar OSO kepada pria pemberi hadiah yang ternyata editor buku tersebut, Ramon Damora.
Ramon Damora dikenal sebagai budayawan, sastrawan, juga wartawan senior dari Tanjungpinang. Ia lalu menjelaskan makna di balik judul buku itu kepada OSO dan sejumlah tamu lainnya yang tampak masih memancarkan raut muka suprise.
“Jangan Putus OSO adalah plesetan kreatif dari kalimat ‘jangan putus asa’. Wartawan dalam buku ini memandang, magnet personalisasi OSO hari ini di panggung demokrasi Indonesia layak dijadikan simbol baru untuk mengajak rakyat tidak mudah menyerah dan putus asa,” papar Ramon.
Menurut tokoh pers nasional Ilham Bintang, OSO yang berkiprah di pusat ibukota, tentu bahagia menerima hadiah kejutan buku yang diprakarsai wartawan di daerah.
Melalui buku ini, katanya, Ramon Damora setidaknya berhasil membuktikan, sosok OSO mulai diakui secara nasional.
“Saran saya luaskan lagi perspektif buku itu untuk cetakan berikutnya dengan komentar lebih banyak lagi dari para wartawan, terutama yang bersahabat dekat dengan OSO, seperti Karni Ilyas, Suryopratomo dll,” tambah Ketua Dewan Kehormatan PWI Pusat itu.
Buku “Jangan Putus OSO” karya Ramon Damora merangkum pesan dan kesan para wartawan kawakan dari pelbagai penjuru tanah air mengenai figur OSO yang tengah naik daun di kancah perpolitikan nasional saat ini.
Ditulis dengan bahasa yang renyah, segar, tapi tetap kritis, OSO oleh Ramon Damora disimpulkan bukan lagi sekadar akronim. Namun juga simbol sekaligus inspirasi perjuangan yang sungguh-sungguh, penuh kerja keras, ikhlas, dan sederhana.
Di tempat terpisah, jurnalis, kolomnis, dan penulis sejumlah buku jurnalistik dari Semarang, Amir Machmud, menyambut baik kehadiran buku Jangan Putus OSO.
Ramon Damora sebagai editor, tambah Ketua PWI Jawa Tengah ini berhasil memandu sejumlah wartawan terkemuka dari Aceh, Banten, Jawa Barat, Bali, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Makassar, Riau, dan masih banyak lagi, untuk menghindari materi yang berat dan berpanjang-panjang dalam buku ini. Yang penting esensinya tercapai, yakni memperkenalkan tesis awal bahwa Indonesia hari ini punya OSO, figur alternatif pemimpin baru yang sangat layak diperhitungkan.
“Dan intro memperkenalkan sosok OSO itu yang menyampaikannya secara pas, proporsional, konkret, adalah wartawan, bukan yang lain, di sinilah saya kira nilai lebih buku tersebut,” demikian Amir Machmud.[*]