Jakarta – Pakar ekonomi syariah Adiwarman Azwar Karim mengapresiasi penulisan buku wisata halal Indonesia yang digagas oleh Forum Akademisi Indonesia (FAI) serta telah mendapatkan dukungan dari Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahudin Uno.
Dalam perbincangan dengan pengurus FAI di Jakarta, Rabu (29/9/2021), Adiwarman menyatakan, penulisan buku wisata halal itu diharapkan memberikan gambaran serta optimisme bahwa wisata halal di Indonesia mempunyai prospek cerah.
Pengurus FAI yang hadir dalam diskusi dengan ahli ekonomi syariah Indonesia itu adalah Penasehat FAI Aat Surya Safaat, Sekjen Eni Heni Hermaliani, dan Wakil Ketua Bidang Hubungan Dalam dan Luar Negeri Didin Syahrudin Sukeni.
Adiwarman sendiri merupakan ikon ekonomi dan keuangan syariah Indonesia. Ia memperoleh pendidikan formal dari Institut Pertanian Bogor (Ir.), Universitas Indonesia (S.E.), European University Belgium (M.B.A.) dan Boston University, Amerika (M.A.E.P).
Ia juga merupakan penulis lima buku best seller ekonomi Islam, yaitu Bank Islam: Analisis Fikih dan Keuangan, Ekonomi Mikro Islami, Ekonomi Makro Islami, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Ekonomi Islam: Suatu Kajian Ekonomi Kontemporer.
“Berbicara tentang wisata halal, hal terpenting adalah inklusivitas karena Indonesia adalah negara berbhineka Tunggal Ika serta adanya kenyamanan bagi semua turis tanpa memandang perbedaan gender, suku, dan agamanya,” kata Adiwarman.
Ia juga mengemukakan, pengembangan wisata halal mempunyai prospek cerah karena mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, terlebih sudah banyak di antara mereka tergolong “middle income group” (kelompok berpendapatan menengah) yang merupakan pangsa pasar sekaligus kekuatan ekonomi yang relatif besar di Indonesia.
Di sisi lain, adanya kepastian hukum mengenai kehalalan sebuah produk dinilai sangat penting bagi konsumen Muslim. Maka, tak heran semua makanan dan minuman serta produk-produk lainnya yang sudah berlebel ‘halal’ laku keras di pasaran di dalam negeri.
Wisata halal itu sendiri, menurut Anggota Dewan Syariah Nasional MUI itu sejatinya sudah berkembang di Indonesia. Bahkan di Bali yang mayoritas penduduknya beragam Hindu, hotel dan mall di daerah itu kini sudah memiliki mushalla yang representatif dan di setiap ruangannya juga sudah tertera petunjuk arah kiblat. Di daerah itu juga tidak sulit mencari makanan halal.
Ditanya tentang kendala dalam pengembangan wisata halal, pendiri “Karim Consulting Indonesia”, lembaga bisnis yang antara lain bergerak dalam bidang jasa konsultasi syariah untuk lembaga bisnis keuangan dan perbankan itu mengatakan, kendala dimaksud terutama adalah masalah akses menuju destinasi wisata.
“Pernah suatu kali anak saya merasa kapok mengunjungi suatu daerah wisata karena buruknya akses menuju destinasi wisata itu. Masalah lain adalah minimnya pemandu wisata yang bisa berperan seperti ‘story teller’ bagi para turis yang dipandunya,” kata pakar ekonomi syariah yang sejak Agustus 2021 mendapat amanah sebagai Komisaris Utama Bank Syariah Indonesia (BSI) itu. (*/red)