KORANBANTEN.COM – Kecamatan Curugbitung dan Maja, Kabupaten Lebak terkenal sebagai salah satu sentra buah rambutan jenis tangkue. Namun, buah rambutan yang sangat melimpah pada panen tahun ini membuat para petani merugi. Pasalnya, petani kesulitan menemukan pemasok atau pembeli bersekala besar, sehingga banyak buah yang busuk karena hanya mengandalkan penjualan bersekala kecil atau eceran.
Madrita (45) salah seorang petani rambutan warga Desa Curugbitung, Kecamatan Curugbitung mengatakan, hasil panen buah rambutan pada tahun ini memang cukup memuaskan bahkan melimpah. Namun, buah yang melimpah tersebut, membuatnya kesulitan mendapatkan pembeli bersekala besar. Sehingga banyak buah yang sudah dipanen dan siap jual membusuk karena tidak terjual.
“Biasanya dalam satu hektar kebun, bisa mengahasilkan Rp 8 juta, namun untuk panen kali ini ingin mendapatkan Rp 1 juta saja sangat sulit. Sehingga kamipun merugi, bahkan banyak pula para petani lainnya memanen buah rambutan hanya dipajang di pinggir jalan sambil menunggu para pembeli yang datang, dan hal ini menjadi dilema tersendiri bagi kami” Ungkap Madrita, Kepada wartawan, Rabu (3/2)
Lanjutnya, dia berharap Pemerintah daerah maupun pusat memberikan solusi terhadap permasalahan ini. Seperti membuat sebuah program pengolahan untuk buah rambutan untuk dijadikan buah olahan seperti dijadikan minuman kemasan, kaleng atau keripik rambutan sebagai inovasi dari produksi rambutan asli Lebak.
“Yang kami lakukan selama ini, setiap panen rambutan hanya menjual secara eceran kepasaran dan jika pembeli lesu maka buah rambutan pun menjadi mubazir karena tak terjual. Tapi jika ada perusahaan pengolahan buah yang minat atau kita sendiri yang dilatih untuk membuat suatu inovasi dari buah rambutan menjadi minuman atau makanan, maka panen melimpah ini akan sangat menguntungkan,” Harap Madrita.
Sementara, Kepala pertanian dan perkebunan Kabupaten Lebak, Rahmat Yuniar membenarkan, jika saat ini produksi rambutan di Kecamatan Curugbitung dan Maja sedang melimpah bahkan mengalami peningkatan.
“Menurut data yang kami catat ada sekitar 45.876 pohon rambutan dari 458,76 hektar pohon rambutan jenis tangkue milik petani di Curugbitung ini. Namun saat ini para petani mengeluhkan pasaran yang lesu dan membuat petani merugi, sehingga dibutuhkan inovasi pengolahan pasca panen rambutan yang melimpah karena selama ini mereka (Petani rambutan red-) hanya menjual hasilnya dengan cara eceran sehingga jika dipasaran melimpah otomatis harganya pun akan turun dan mengakibatkan kerugian,” Terangnya.
Menurut Rahmat, pihaknya sangat mendukung apa yang diinginkan para petani dalam menghadapi panen rambutan yang melimpah untuk diberikan perhatian serius dari pemerintah.
“Hal ini sudah disampaikan secara lisan pada saat ada tim penilai dari lomba Hatinya PKK Tingkat Provinsi beberapa waktu lalu tentang pelatihan pengolahan rambutan melalui industri rumah tangga kelompok wanita tani, mengenai inovasi teknologi seperti pengolahan buah kaleng dan keripik rambutan, namun hingga saat ini belum ada tindak lanjutnya,” Paparnya.(yud)