Produsen Tempe Keluhkan Kenaikan Kedelai

KORANBANTEN.COM – Produsen tempe mulai terdampak dengan kenaikan harga kedelai, kenaikan kedelai sebagai bahan pokok produksi tempe membuat sejumlah pengusaha pabrik tempe mengeluhkan, bahkan beberapa tempat pabrik tempe di Kecamatan Malingping dikabarkan menghentikan aktivitas produksinya imbas dari kenaikan harga kedelai yang melambung tinggi.

Salah seorang produsen tempe di Malingping, menuturkan terjadi kenaikan drastis kedelai, sehingga sangat berpengaruh terhadap penghasilan dan bahan produksi. Pembeli pun menurutnya tidak mengetahui dan tidak mau tahu, sehingga membeli tetap dengan harga seperti biasa.

Bacaan Lainnya

“Kedelai yang biasa harganya Rp 8000/Kg saat ini menjadi Rp 12.000/Kg, itumah namanya bukan naik, tapi pindah harga!. Sedangkan harga penjualan tidak naik, karena pembeli tidak mengetahui dan tidak mau tahu, beli seperti biasa saja,” ujar Sampurna di pabriknya.

Dirinya juga mendengar kabar beberapa pabrik tempe dan tahu sudah banyak yang menghentikan aktivitas produksinya akibat kenaikan kedelai.

“Setahu saya ada sekitar 23 pabrik tempe dan 8 pabrik tahu di Malingping, untuk pabrik tempe, saya dengar tinggal 3 pabrik yang masih produksi, sedangkan yang lain berhenti dulu, entah gulung tikar atau berhenti sementara,” ungkapnya.

Terpisah, Ujiah salah seorang IRT di Malingping menyebutkan bukan hanya tempe saja yang naik harga, akan tetapi sejumlah barang pokok dan bumbu-bumbuan naik di pasaran.

“Tempe sekarang agak kecil dari kemasan biasanya, bukan hanya tempe pak, cabai pun sekarang sangat mahal, harga telur pun sudah naik menjelang akhir tahun kemarin, pokoknya sembako dan bumbu-bumbu dapur lainnya serba naik,” tukasnya.

Masyarakat yang kini sulit ditengah krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19, selain membutuhkan bantuan dari pemerintah juga meminta agar pemerintah dapat menjamin kestabilan harga bahan pokok dan bumbu dapur yang naik di pasaran. (Cex)

Pos terkait