KORANBANTEN.COM – Meski Pemilu 2019 kini masih dalam proses, tapi sepertinya seluruh pelaksanaan Pemilu 2019 khususnya hntuk di Kotak Tangsel bisa menjadi cermin untuk menyongsong Pilkada Tangsel 2020.
Dengan latar belakang tersebut, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kota Tangsel bersama Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Kota Tangsel, menggelar diskusi publik dengan mengusung tema “Evaluasi Pemilu 2019 Untuk Menuju Pilkada Tangsel 2020”.
Diskusi yang digelar di Resto Kampung Anggrek, Rabu (26/6). Diskusi tersebut dihadiri beberapa pembicara seperti Ketua KPU Kota Tangsel Bambang Dwitoro, Ketua Bawaslu Kota Tangsel Muhamad Acep, pengamat politik nasional Ray Rengkuti, serta beberapa pimpinan partai politik Ketua DPC PDIP Heri Gagarin, Sekretaris DPD Golkar Abdul Rasyid, Sekretaris DPC Gerindra Yudi Budi Wibowo, Ketua DPC PKB Kota Tangsel Tarmizi, dan Ketua DPD PSI Andreas.
Diskusi tersebut berlangsung menarik masing-masing narasumber yang menghadirkan pandangannya terkait evaluasi Pemilu 2019 ini.
Seperti yang diungkapkan oleh Ketua DPC PDIP Kota Tangsel Heri Gagarin, berharap ada evaluasi lagi mengenai pengawasan di tingkat bawah, seperti adanya temuan dari PDIP terkait form C1 yang kosong namun sudah ada tandatangan saksi dan penyelenggara Pemilu tingkat bawah.
“Ada banyak temuan-temuan dari kami pada proses Pemilu ini yang menurut kami pengawasanya kurang. Sehingga menurut kami untuk Pilkada ke depan kita mesti tingkatkan lagi pengawasannya sampai tingkatan paling bawah,” ucapnya.
Sementara Gerindra sendiri memiliki catatan yang mesti dievaluasi, seperti catatan DPT yang masih sangat bermasalah. Masih ada temuan soal masyarakat yang belum terdaftar sebagai pemilu. Tidak hanya itu, mengenai kesetaraan kontestan antara petahana dan non petahana pun menurutnya harus diberlakukan secara setara.
“Nanti pada Pilkada juga tentunya kita harapkan persoalan DPT yang masih bermasalah tidak ada lagi, dan juga sepertinya harus ada aturan baru mengenai peserta atau kontestas yang petahana. Agar kontestas nanti berlangsung secara merata dan adil,” ungkapnya.
Sedangkan dari Golkar sendiri mengatakan berbicara Penilu tentunya ada tiga variabel yang harus dibicarakan. Yaitu Pemilu, Peserta Pemilu, Penyelenggara Pemilu, dan Peserta Pemilu.
Dimana menurutnya dari tiga variabel tersebut memang harus kita evaluasi, agar pada pelaksanaan Pilkada 2020 nanti seluruhnya bisa berlangsung dengan baik dan aspiratif.
“Misalnya dari persoalan penyelenggara Pemilu, kita pertanyakan apakah pada Pemilu 2019 ini sudah berjalan dengan independen? Tapi sepengetahuan kami selama ini sudah berjalan dengan independent. Dan mengenai peserta pemilunya, kami dari Golkar tentunya terus berusaha untuk menyodorkan figur terbaik dari kami untuk menjadi pilihan masyarakat. Ini yang harus kita tata lebih baik lagi untuk Pilkada nanti,” ungkapnya.
Sementara itu dari sisi penyelenggara sendiri, Ketua KPU Kita Tangsel Bambang Dwitoro mengatakan bahwa dari seluruh tahapan Pemilu 2019 di Kota Tangsel sudah berjalan dengan baik. Mulai dari pendaftaran peserta Pemilu, sampai tingkat pumungutan suara.
“Memang pada ujung acara ada gugatan di MK, tetapi secara umum tahapan yang telah berlangsung ini berjalan dengan baik. Dan kita lihat juga angka partisipasi sangat tinggi. Tinggal bagaiamana ada beberapa hal yang memang harus kita perbaiki menuju Pilkada,” paparnya.
Dari sisi pengawasan, Ketua Bawaslu Kota Tangsel, Muhamad Acep mengatakan bahwa yang perlu ditingkatkan lagi ke depannya untuk Pilkada 2020 ialah bagaiamana peran aktif masyarakat ikut serta dalam pengawasan.
Karena menurut Acep, pada saat Pemilu 2019 Bawaslu sudah membentuk relawan pengawas dari lebih 80 organ masyarakat, namun belum berjalan dengan maksimal.
“Sehingga pengawasan kami masih kurang. Jadi ke depan kami meminta agar masyarakat pun ikut berperan aktif bersama Bawaslu untuk menjadi pengawas. Agar sama-sama kita ciptakan Pilkada yang berkeadilan,” paparnya.
Dalam kesempatan yang sama pula, Ray Rengkuti menutup diskusi tersebut bagaimana ke depanya peran partai politik untuk memunculkan figur-figur yang menarik bagi masyarakat Tangsel. Karena tingginya tingkat partisipasi di Kota Tangsel karena tingginya ketegangan Pilpres, bukan pada ketegangan politk tingkat Pileg.
“Jadi untuk mampu mempertahankan tingkat partisipasi yang tinggi, maka tinggal bagaiaman partai politik ini mampu memunculkan figur-figur yang memiliki magnet kuat bagi masyarakat Tangsel. Sehingga diskusi-diskusi soal Pilkada nanti tidak hanya sebatas diskusi di forum resmi seperti ini. Tetapi juga mampu menjadi pembicaraan di kalangan masyarakat bawah,” pungkasnya. (Rls)