KORANBANTEN.COM – Turut meriahkan Hari Jadi yang ke 193 Kabupaten Lebak, Badan Eksekutif Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Nurul Hidayah (BEM STAI NH) Malingping menggelar Festival Leumeung dengan tema “Lebak Unique Budaya Teu Leungit” yang berlokasi di Alun Alun Malingping, Kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak, Banten. Sabtu, (04/12/2021).
Dalam sambutannya, Andika, Ketua Pelaksana Kegiatan, mengatakan, kita selaku generasi muda harus menjaga budaya yang baik.
“Saya ucapkan terima kasih kepada seluruh panitia yang selalu konsisten,” katanya.
Presiden Mahasiswa (Presma) STAI NH Malingping, Kalla Rafiq Majah, menuturkan, Festival Leumeung ini terinspirasi berawal dari diskusi kecil bersama teman-teman.
“Leumeung ini adalah aset Malingping apabila dikelola ini akan menjadi kuliner yang bisa memberikan dampak bagi masyarakat Malingping,” ujarnya.
Sementara itu, Lingga Segara, Camat Kecamatan Malingping, mengapreasi atas terselenggaranya festival tersebut. Ia berharap ini menjadi agenda tahunan.
“Kami sangat mengapresiasi kepada BEM STAI NH yang telah memiliki ide kreatif. Leumeung ini khas Lebak dan cuma ada di Malingping dan sentralnya di daerah Cikeusik. Yang jelas hari ini adalah momentum yang sangat luar biasa untuk kita semua, Lebak saat ini sedang berkembang,” terang Lingga.
Mulai saat ini, kata Lingga, kita harus mempersiapkan pangan-pangan wisata. Bicara makanan sosial tentu bicara budaya, bicara budaya itu artinya Bangsa.
“Kalau bisa kedepan ada pelatihan-pelatihan, untuk melatih PKK desa supaya bagaimana caranya membuat Leumeung yang terbaik. Perlu innovasi dan pemikiran yang luar biasa,” terang Lingga.
Pimpinan STAI NH Malingping, H. Opik, menyampaikan terima kasih kepada panitia HUT Kabupaten Lebak yang telah memberikan support sehingga acara bisa terlaksana.
“Mudah-mudahan apa yang tadi disampaikan Pak Camat bahwa pelaksanaan seperti ini tidak hanya hari ini saja. Sejalan dengan visi misi kabupaten Lebak, ini harus disambut baik,” katanya.
Lanjut H. Ahmad Taufik, Mudah mudahan dengan acara ini ada kreasi baru, leumeung ini bisa bertahan lama tanpa pengawet yang membahayakan.
“Ini yang kali pertama diadakan jadi tidak semua desa mengikuti, mudah-mudahan kedepan semuanya bisa mengikuti dan lebih meriah,” imbuhnya.
Disampaikan Edah, pengajar SD IT MA Malingping, sekaligus pendamping tari Leumeung, saat mengiringi tari Leumeung yang dibawakan oleh PMII STAI NH Malingping. Leumeung (lemang) adalah makanan tradisional masyarakat Malingping yang sudah ada sejak zaman dahulu kala hingga saat ini masih bertengger. Memiliki filosopi sebagai berikut :
1. Leumeung berbahan baku dari beras ketan dan bisa juga ditambah kacang merah yang berkualitas, artinya kita harus menjadi orang yang berkualitas agar hidup kita menjadi sukses.
2. Bambu diisi beras yang dicampur santan terlebih dahulu dimasak dengan memakai ruas bambu yang lurus, bermakna untuk menjalani hidup ini harus melakukan yang terbaik dengan mencari Ridho karena Allah.
3. Memasak Leumeung dibakar dengan api yang membara yang sangat panas dan membutuhkan waktu yang lama, mengandung arti, kita menjalani hidup harus bersabar, walau banyak rintangan menghadang, sabar itu pahit buahnya sangat manis.
4. Leumeung dibungkus dengan daun pisang, orang Malingping mempunyai selimut yakni keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
Kegiatan dilangsungkan dengan lomba kreasi Leumeung Malingping yang diikuti oleh desa desa di wilayah Kecamatan Malingping.
(Usep).