Syeikh Zakaria Khalil: Kita Harus Cinta Kepada Masjid Aqsha Karena Ini Milik Umat Islam

KORANBANTEN.COM – Imam Besar Masjid Palestina, Syeikh Zakaria Khalil melakukan Safari Tarawih di Masjid An-Nabawi Banjar wijaya, Jl. Wijaya Kusuma Kelurahan Poris Plawad Indah, Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang, Rabu malam 30 Mei 2018.

Dalam Safari Tarawih yang mengusung tema, “Bergerak Selamatkan Bumi Palestina” digelar dengan ceramah dan pemutaran film kejadian kekejaman Zionis Israel di Yerussalem. Tampak hadir Ketua Komisi IV DPRD Kota Tangerang, Ir. Turidi Susanto.

Bacaan Lainnya

Dalam kesempatan ini Imam Besar Masjid Palestina menyampaikan terima kasih kepada seluruh umat Muslim Indonesia yang telah peduli terhadap Masjid Aqsha.

Masjid Aqsha merupakan tempat ibadah yang disucikan kini dalam cengkeraman penjajah Zionis Israel. Saat ini masjid Aqsha dan umat Islam Palestina merintih butuh bantuan kaum Muslim seluruh dunia.

“Kita harus cinta kepada Masjid Aqsha karena ini milik umat Islam. Palestina letaknya sangat strategis. Kondisi Palestina saat ini di bawah cengkeraman Israel,” jelasnya.

Masjid Aqsha adalah tempat yang disucikan Allah dan ini ditegaskan dalam Al-Qur’an. Masjid Aqsha oleh Rasulullah pernah dijadikan kiblat untuk sholat pertama.

“Pembangunan Masjid Aqsha ini atas perintah Allah. Masjid Aqsha, masjid yang ketiga dimuliakan Allah. Bagi mereka yang beribadah di masjid ini dilipat gandakan pahalanya,” bebernya.

Alasan lain kita harus mencintai Masjid Aqsha karena ketika Rasulullah melakukan Isra Mi’raj  bertolak dari masjid ini. Masjid Aqsha pintu langit paling dekat dengan bumi.

Maka itu umat Islam diwajibkan mampu membebaskan Masjid Aqsha dari cengkeraman zionis Israel. Banyak para Nabi dan Rasul yang dilahirkan di tanah Masjid Aqsha.

“Oleh Yahudi Israel, tanah di kawasan Masjid Aqsha digali dengan dalih ingin mencari kuil Sulaiman. Sesungguhnya itu adalah kelicikan zionis Israel agar manakala terjadi gempa bumi maka runtuhlah bangunan Masjid Aqsha karena tanah di bawahnya telah rapuh oleh galian itu,” papar Sheikh Zakaria Khalil.

Saat ini, ungkapnya lebih lanjut umat Muslim diatur tempat ibadah dan waktu ibadahnya oleh Israel. Zionis Israel mengklaim ada tempat ibadah kaum Yahudi — oleh mereka disebut Tembok Tatapan — di kawasan Masjid Aqsha.

Ditegaskannya, Masjid Aqsha bukan hanya milik Palestina melainkan milik umat Muslim. Maka sudah waktunya umat Islam untuk bersatu membebaskan Masjid Aqsha dan mengajarkan kepada generasi muda Islam mengenai kondisi yang sesungguhnya.

Sementara itu Ketua Komisi IV DPRD Kota Tangerang, Ir. Turidi Susanto meminta masyarakat Kota Tangerang untuk lebih paham mengenai kemerdekaan Palestina yang mutlak dan utuh.

“Kemerdekaan Palestina sudah sudah mutlak tidak bisa diubah lagi. Di sana terdapat Masjid Aqsha yang dijadikan kiblat pertama shalat Rasulullah,” ujar Turidi yang juga politisi dari Partai Gerindra.

Dalam kesempatan itu, Turidi memberikan bantuan materi kepada rakyat Palestina sebagai bagian kepedulian terhadap penderitaan rakyat negeri yang kini tertindas oleh kekejaman Israel.

Ditegaskan Turidi, nyawa rakyat Palestina sudah tidak ada harganya. Mereka dibunuh dengan keji dan brutal oleh Israel.

Kehadiran Imam Besar Masjid Palestina ke Kota Tangerang, ungkap Turidi, untuk memperjelas cerita langsung dari tokoh besar Palestina.

“Mari kita bersama berjuang dengan harta untuk rakyat Palestina yang membutuhkan bantuan. Kami menghimbau kepada pemerintah dan masyarakat Kota Tangerang untuk dapat membantu rakyat Palestina membebaskan diri dari tindasan Israel,” ujar anggota DPRD Kota Tangerang dari Daerah Pemilihan Kecamatan Cipondoh dan Pinang.

Turidi mengajak seluruh umat Muslim memberikan bantuan kepada rakyat Palestina melalui donasi yang dikelola organisasi Islam lainnya.

Direktur Program Palestina, Irbabul Lubab mengungkapkan kehadiran Imam Besar Masjid Palestina, Syeikh Zakaria Khalil guna memberikan informasi yang sesungguhnya mengenai kondisi Masjid Aqsha. Kawasan Masjid Aqsha seluas 14,4 Hektar, di kawasan itu ada lima bukit dan di bukit tertinggi terdapat bangunan Masjid Aqsha.

Israel membuat program galian tanah di kawasan itu. Israel juga mengubah istilah asli yang ada di kawasan Masjid Aqsha. Haitul Buraq diganti namanya menjadi Haitul Mubkah atau Tembok Ratapan. Tel Ribat diganti menjadi Tel Aviv. Ini adalah program meyahudikan istilah Arab. Mereka juga mengarang sejarah baru versinya bagi anak-anak sekolah Yahudi,” ujar Irbabul Lubab dengan gamblang.

Sementara itu Ketua Cabang Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Tangerang, Abdul Kadir menegaskan kondisi Yerussalem sangat menyedihkan. Menurutnya tindakan Israel di luar batas kemanusiaan.

“Israel bukan hanya membunuh orang dewasa, tapi anak-anak dan wanita dibantai dengan keji. Kita bangsa Indonesia harus membantu bangsa Palestina untuk merdeka. Masjidil Aqsha harus tetap menjadi milik kaum Muslim,” ungkap Abdul Kadir. (Zher)

Pos terkait