KORANBANTEN.COM – Pintu taubat itu akan selalu terbuka. Selama mentari belum terbit dari barat, selama nyawa kita belum di kerongkongan. Selama kita taubat dengan sebenar-benarnya ikhlas, menyesal, berhenti maksiat, bertekad untuk tidak mengulanginya. Insya Allah kita akan diampuni. Tak terkecuali juga bagi seorang narapidana.
Sebagai Lembaga Pemasyarakatan yang bertugas memberikan pembinaan bagi narapidana agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab.
Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Cilegon (Lapas Cilegon) memberikan pembinaan kepribadian bagi seluruh warga binaan. Salah satunya pembinaan kesadaran beragama.
Dalam pembinaan kesadaran beragama ini narapidana dibina untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, dengan harapan meningkatkan iman dan takwa narapidana terhadap Tuhan yang maha esa sehingga nantinya setelah keluar dari Lapas, narapidana dapat mengimplementasikan ilmu agamanya pada kehidupan sehari-hari dan melatih narapidana untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi agar nantinya dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat.
Salah satu Warga binaan Lapas Cilegon, Nasrudin (26 tahun) yang merupakan terpidana pembunuhan ini terus berupaya bertaubat kepada Allah SWT. Ia salah satu warga binaan yang rajin dan taat untuk mengikuti kegiatan pembinaan kesadaran beragama yang didorong karena dirinya menyesali perbuatan di masa lalu dan ingin memperbaiki di masa yang akan datang.
Dalam kesehariannya, Ia hampir menghabiskan kegiatan sehari-harinya di Masjid Al-Muhajirin Lapas Cilegon sebagai santri Lapas. Mulai dari mengikuti kegiatan sholat berjamaan, pengajian rutin hingga menjadi Pengkhatam Al-Qur’an.
“Sebelum saya masuk ke dalam Lapas Cilegon ini, Saya belum bisa mengaji tetapi setelah disini saya diberikan banyak ilmu pengetahuan salah satunya ilmu mengaji Al-Qur’an. Hari demi hari saya lalui dengan memperdalam ilmu mengaji Al-Qur’an. Dan Alhamdulillah akhirnya saya bisa perdana mengkhatamkan Al-Quran,” ungkap Nasrudin.
Lanjutnya, “Bangga dan terharu, Saya bisa menjadi khatam Al-Qur’an. Saya selama ini menyia-nyiakan hidup saya dengan tindakan yang ga jelas arahnya. Ada hikmah yang bisa saya ambil saat saya harus di hukum atas kesalahan yang diperbuat. Kini saya lebih bisa mendekatkan diri kepada Allah SWT,” tandasnya. (Dede/Pik).