KORANBANTEN.com – Warja (64) bersama anaknya Karsim (42) sudah tiga tahun tinggal di sebuah gubuk berukuran 3×2 meter, di Kampung Sempur, Desa Cimanis, Kecamatan Sobang, Kabupaten Pandeglang.
Ironinya, gubuk reyot yang menjadi tempat tinggal kedua duda yang sehari-harinya sebagai pemulung, berada di area kuburan milik keluarga Kodim (52). Jika hujan turun, air sudah pasti menggenangi gubuk tersebut.
“Abis mau tinggal di mana, kita enggak punya rumah,” kata Karsim
Jangankan untuk membeli atau menyewa rumah, penghasilannya sebagai pemulung juga masih jauh dari kata cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Buat makan aja susah. Belum pernah dapat bantuan dari pemerintah,” akunya.
“Kasihan mereka enggak punya rumah, udah lama juga tinggal di situ,” ucapnya.
Terpisah Koordinator Pandeglang Care Movement Ahmad Subhan mengaku prihatin dengan keadaan keduanya. Apalagi, jarak gubuk yang tidak jauh dengan kantor Kecamatan Sobang.
“Waktu kami lihat langsung, kami hanya bisa mengelus dada. Kondisi gubuk benar-benar tidak layak dan memprihatinkan. Kami akan coba ajukan ke Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) agar keduanya bisa mendapat tempat tinggal yang layak,” jelasnya. @DF