Oleh : Topan Aribowo Soesanto.
Literasi Sisi.
Demokrasi dan Peradaban merupakan simbol keberadaan pikiran manusia untuk bisa memberikan suara sumbangsih untuk keberlangsungan hidup bernegara. Intelektualitas di bangun dengan asas kebermanfaatan untuk sesama bukan menindas apalagi membodohi. Kita sepakat Demokrasi di bangun sebagai tanda hidupnya suatu negara. Dengan keterbukaan, Musyawarah serta mufakat bagian titah para pendiri bangsa. Sejarah sosial politik dan konstitusional bangsa Indonesia seolah menjadi relevasi dari sebuah peradaban demokrasi. Demokrasi bukan barang murahan yang dengan gampang ditulis lalu di buang begitu saja, demokrasi seolah tembok runtuh perlawan sosial yang kini api jauh dari panggang nya. Ketimpangan perlakuan hukum misalnya, Don juan dengan. kaum jelata pun berbeda. Demokrasi kini sedang di uji oleh keserakahan birokasi, kenyang sana-sini terlebih di masa pandemi seperti sekarang ini. Kesempatan kekuasaan menjadi ladang mencari keuntungan, bukan membangun penguatan dan kesadaran masyarakat sipil akan makna demokrasi sebagai akar budaya kearifan lokal dengan Musyawarah, Mufakat dan Gotong royong nya di jelaskan oleh pemangku kekuasaan melalui norma sosial yang berlaku.
Mengutip Randi Muchariman dalam kajiannya jurnal.unsil.ac.id. Pengetahuan dan praktik demokrasi hadir dalam konteks peradaban dan pandangan alam tertentu. Keadaan tersebut menegaskan bahwa Demokrasi bukan sesuatu yang universal atau narasi besar yang bisa diberlakukan sama untuk seluruh wilayah di dunia. Oleh sebab itu, demokrasi di Indonesia harus dilihat dalam relevansinya dengan keadaan sosial politik dan konstitusi di Indonesia. Irelevansi terjadi dalam wacana dan praktik demokrasi di Indonesia karena benturan pandangan alam Islam dan Barat di Indonesia. Proses hegemoni menempatkan demokrasi sebagai kesadaran umum (common sense) namun tidak mengubah pandangan alam masyarakat yang seharusnya menjadi dasar untuk berbagai kesadaran umum tersebut. Persoalan relevansi tersebut menjelaskan arah pembangunan politik di Indonesia serta peluang peradaban demokrasi di Indonesia. Beberapa pilihan diajukan untuk keadaan tersebut dalam tulisan ini dengan merujuk kepada sejarah sosial politik dan konstitusi di Indonesia. Terdapat tiga peluang penting bagi masa depan peradaban demokrasi di Indonesia sebagai sebuah kesimpulan yang didapat menggunakan teori penjajahan intelektual dan metode analisis wacana.
Indonesia dengan Keberagaman nya tentu menjadi cerita tersendiri kompleksitas, Homogen dengan kultur budaya yang beragam. Norma agama dan Sosial menjadi primadona yang harus senantiasa di jaga kerukunan dan keutuhannya dengan menghargai serta menghormati bukan mempenjarakan dengan kebijakan yang tidak sesuai dengan budaya Indonesia. Visi misi pendidikan yang harusnya compatible dan sejalan dengan sejarah nenek moyang perjuangan Pancasila. Agama menjadi frasa tertinggi dalam membentuk suatu peradaban yang sudah mencakup didalamnya sebagai makna, simbol identitas, Ideologis dan Demokrasi. Sosial membuat keselarasan hidup rukun tanpa gaduh serta damai. Semoga Allah SWT senantiasa menjaga pemangku kebijakan dalam mengambil setiap keputusannya.