KORANBANTEN.COM – Kalau saja ribuan buku dalam compact disk, atau yang juga kita sebut cakram padat itu, dalam bentuk buku tradisional konvensional, mestilah tak akan cukup tersimpan hanyala dalam sekadar ruangan kecil.
Tapi, justru, di ruang kecil tingkat dua Gedung Al-Maktab At-Ta´aawuniy li `d-Darsi wa `ln-Irsyaadi wa Ta´aawuni `l-Jaaliyyati di Selatan Mekah itu, tersimpan ribuan kitab klasik Islam dan kitab-kitab terbaru dalam berbagai bahasa.
Di ruang ini pula, Anda butuh referensi apa? Cobalah Anda menghadap ke layar display digital, lalu berkomunikasilah tangan Anda dengan kotak dialog. Dalam hitungan detik, Anda akan menemukan yang dicari.
Mudah? Memang, Anda akan dimanjakan teknologi informasi pascarevolusi komunukasi sekarang ini – yang tampaknya jauh lebih dahsyat dari sekadar revolusi Industi di Prancis tempo hari.
Huruf /e/ dalam susunan abjad, tak lagi sekadar huruf nomor lima, tetapi kini jadi e-money, e-banking, e-paper, e-mail, e-book, dan seterusnya.
Al-Maktab di Selatan Mekah itu, kini dipimpin Syekh Dr. Khalid, menyimpan e-book itu.
`Dalam flashdisk ini, tersimpan kitab-kitab hadis Bukhary, Muslim, Abu Dawud, dan lain-laiin,´ kata Syekh Khalid sambil memperlihatkan sebuah flashdisk.
Syekh menjelaskan seisi ruang e-book itu tampak dengan semangat, gembira, with all expession. Dan penuh dengan senyum.
Ada majalah Zamzam, terbit dengan belasan bahasa, termasuk edisi bahasa Indonesia yang memang kali pertama terbit. ´Zamzam terbit dengan bahasa Indonesia, menyusul edisi bahasas lain, kata Syekh kepada tamu jamaah calon haji Indonesia undangan Rabithah Alam Islamy.
Kabar gembira untuk para penuntut ilmu, imam, khatib, ustaz, dan juru dakwah yang bisa mendapatkan hadiah.Cobalah hubungi melalui e-mail zamzam.mk@gmail.com.
Al-Maktab yang berdiri sejak 10-an tahun lalu itu, akan terus melayani umat, dan mengikuti perubahan zaman, dari hari ke hari, dengan pola pelayan dari hati ke hati. Al-Maktab sudah melompat dari dakwah konvensional ke dakwah digital pada zaman The Information ini.
Johannes Gutenbergberjasa (Jerman), sang penemu mesin cetak itu, sudah sangat berjasa dalam perkembangan per-buku-an, surat kabar, dan lain-lain, sejak sekitar tahun 1450-an.
Pascarevolusi komunikasi itu, kini barang cetakan perlahan ditinggalkan, semisal buku jadi e-book dan newspaper (koran) jadi e-paper. Konon, sekitar 40 tahun lagi, tak akan ada lagi koran cetak karena sudah diganti e-paper. Gejalanyala itu kian terasa. Di dompet kita pun, tak ada uang selembar pun, karena yang ada adalah limpahan e-money dalam ATM. (Amin, ya Allah, untuk keberkahan).
Maka, Johannes Gutenberg pun sudah memasuki senja hari, dan kalau ingin tetap berada, harus mengubah diri jadi e-gutenberg. (Dean Al-Gamereau).