KORANBANTEN.COM – Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kabupaten Lebak, Dian Wahyudi terbilang rajin menulis buku. Baru-baru ini,
‘Bertualang di Curug”, “Bertemu Marhaen” dan “Merawat Tradisi” dilaunching ke publik, khususnya pencinta literasi di Kabupaten Lebak.
Dalam buku “Bertualang di Curug” yang dikeluarkan Dian Wahyudi pada 2020 silam, dia bertutur eloknya tempat wisata air terjun yang ada di Lebak.
Begitu pun pada “Merawat Tradisi” dan “Bertemu Marhaen” Dian juga menyisipkan kemolekan alam Lebak dalam coretan penanya.
Hobby bertulang ke beberapa obyek wisata yang masih “perawan” sepertinya mempengaruhi Dian saat mencoretkan apa yang dirasakannya.
Selain itu, pada beberapa bagian tulisannya, ada semacam sindiran kepada masyarakat Lebak yang masih lebih suka menghamburkan uang untuk berwisata ke luar daerah, daripada untuk mencintai obyek wisata di daerahnya sendiri.
“Tujuan tulisan dalam buku-buku itu sebenarnya sangat sederhana.Mari kita cintai daerah kita dengan segala potensinya dan juga kekurangannya,” kata Dian Wahyudi saat berbincang dengan awak media, Rabu (3/2) di Rangkasbitung.
Kata dia, harus ada pendekatan dan cara masif, salah satunya melalui buku, untuk menggugah generasi muda mau membangun daerahnya.
“Jangan hanya bisa mengkritisi, justru yang dibutuhkan saat ini pemuda yang tak gengsi dan mau terjun langsung membangun desanya,” kata Politisi PKS ini.
Dian mengatakan, buku-buku karyanya bukan untuk dijual atau komersil, namun untuk dibagikan ke relasi dan para pencinta literasi.
“Menulis sudah saya biasakan sejak sebelum terjun ke politik. Inspirasinya kadang datang saat berkeliling silaturahmi dengan masyarakat. Banyak hal yang bisa kita dengar dari masyarakat,” tutur Dian.
Dia juga mengklaim, tulisannya akan mudah dipahami oleh semua kalangan, karena pemilihan kata dan gaya bahasanya ringan sehingga tidak bosan dibaca.
“Contohnya, yaitu saya pergi ke suatu tempat, itu yang saya ceritakan, ketemu siapa, kemana saja kita, dialognya, semacam orang bertutur,” jelasnya.
Menurutnya, prinsip dasar dari tulisan di buku karyanya itu untuk menularkan kepedulian pada daerahnya.
“Kalau kita turun ke desa-desa, akan banyak hal yang bisa kita temui, mulai dari kehidupannya, kesusahannya, potensi desanya, atau budaya lokalnya, banyak yang bisa kita pelajari,” tambahnya.
Dian juga mengatakan, akan terus menulis di saat-saat senggangnya untuk memperbanyak koleksi bukunya.
“Orang itu kalau menulis buku, maka kendati orangnya sudah wafat tapi buah pikirannya, idenya, masih akan dikenang, bahkan dijadikan referensi.” pungkasnya mengakhiri wawancara dengan awak media. (Yud)