KORANBANTEN.COM-Komisi II DPRD Kabupaten Lebak berencana akan memanggil Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag), agen, pangkalan serta Hiswana Migas terkait elpiji yang saat ini banyak dikeluhkan masyarakat, mulai dari harga yang teralu tinggi smapai dnehan kelangkaan Elpiji 3 Kg di masyarakat.
“Iya terkait kelangkaan epiji 3 Kg kami akan panggil semua pihak yang terkait. Sebelumnya kami telah melakukan sidak untuk mengkroscek keluhan masyarakat. Insya Allah hari Rabu besok (hari ini-red) kita RDP (Rapat dengar pendapat),” kata Wakil Ketua Komisi II DPRD Lebak Rully Sugiharto Wibowo, kepada wartawan, Selasa (22/12).
Dikatakan Rully, DPRD akan meminta penjelasan mengenai penyebab sulitnya masyarakat mendapat si melon dalam beberapa pekan terakhir. Apalagi, kelangkaan elpiji bukan kali ini saja terjadi.
“Kita akan cari tahu dari mereka yang kita panggil, apa sih penyebabnya, apakah karena kekurangan kuota atau karena apa? Nanti kita cari solusinya kalau akar permasalahannya sudah dapat. Saya minta semua pihak agar mematuhinya,” tegas politisi Partai Golkar ini.
Kabid Perdagangan Disperindag Lebak Agus Reza menambahkan, ada sejumlah faktor yang menyebabkan kelangkaan elpiji 3 Kg.
“Ada beberapa faktor terjadi kelangkaan, karena tidak ada penambahan kuota pada bulan November dan terjadi peningkatan pemakaian yang tinggi,” jelas Reza.
Lanjutnya, Disperindag Lebak telah mengirim surat teguran kepada Hiswana Migas Koordinator Wilayah Lebak.
“Kami minta prioritaskan kepada masyarakat/konsumen dulu sesuai HET dan meminta untuk tidak dijual ke pengecer. Secara teknis, mereka yang akan mengimbau kepada agen dan pangkalan, jika tidak mengindahkan tentu ada sanksinya,” terangnya.
Terpisah, Salahseorang pengelola Sub Pangkalan di Rangkasbitung yang enggan disebutkan namanya mengaku, kelangkaan dan mahalnya elpiji gas 3 Kg ini akibat dari kebijakan para agen besar yang memaketkan salahsatu prodak milik mereka yang tidak laku dijual dengan elpiji. Sehingga, para sub pangkalan terpaksa menjual lebih mahal dari biasanya.
“Kami terpaksa menyatukan harga prodak yang dipaksakan kepada kami dengan gas elpiji, kalau tidak kami akan rugi, karena prodak yang kami beli dengan terpaksa tersebut tidak laku dijual, hanya menjadi sampah saja,” ucapnya.(yud)