KORANBANTEN.COM – Ibu-ibu berwajah Eropa itu terpesona dengan benang kuning emas yang dijahitkan di atas kain hitam legam. Wajah Eropa mereka, yang laksana bercadar awan, tampak begitu bahagia, bahkan kemudian meneteskan air mata sebening kristal : bahagia sekali karena tangan lembut mereka bisa menyentuh gaun indah penutup Kakbah yang sedang disulam.
Saya temasuk yang terpesona, dan tergoda ingin sekali menyentuh gaun yang sedang disulam dalam kawasan sakral ini. Muhammad, salah seorang penyulam, mengizinkan saya menyentuh benang kuning emas ini, lalu kedua bola mata saya pun berkaca-kaca. Kalimat inilah yang nanti akan dibaca umat sedunia. Sungguh, sebuah pengalaman yang tak terduga sebelumnya.
Kelak, ketika gaun indah penutup Kakbah (kiswah) ini terpasang pada tahun 1441 H, setidak-tidaknya, tangan lembut para tamu Allah undangan Rabithah Alam Islamy dari berbagai belahan bumi ini sempat menyentuhnya.
Kiswah adalah mahakarya gaun untuk ibadah, penutup Kakbah kiblat alat umat Islam.
Kita tak akan pernah menyembah gaun ini, bahkan menyembah Kakbah pun tidak.
Surat Quraiysy ayat 3 sudah sangat telak : Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan pemilik rumah ini (Kakbah). Tuhan pemilik Kakbah! Bukan Kakbahnya itu sendiri yang disembah!
Gaun indah penutup Kakbah diganti setahun sekali. Kerajaan Saudi Arabia memroduksinya sejak tahun 1973, yang sebelumnya diproduksi oleh Mesir. Kini, Kerajaan punya gedung sendiri. Mesin-mesin produksinya beragam, buatan Jerman. Sangat modern.
Di samping itu, mesin tenun alat produksi kiswah tempo hari masih dirawat, jadi barang antik di tengah-tengan mesin produksi modern.
Mesin gaun indah penutup Kakbah boleh modern, boleh maju dari cara produksi manual konvensional sampai ke produksi modern digital. Inilah ` `bid`ah` hasanah. (Dean Al-Gamereau).