KORANBANTEN.COM – Santri Pondok Pesantren (Ponpes) Tahfizd Quran Almapus di Kampung Kacapi Amis, Desa Alaswangi, Kecamatan Menes harus bergelantungan melewati jembatan bambu yang panjangnya 20 meter ketika melewati aliran sungai Leuwi Panjang, Jumat (9/4/21).
Warga kampung Kecapi Amis Desa Alaswangi Kecamatan Menes, Encep (47) mengatakan, jembatan bambu tersebut dibangun oleh masyarakat empat tahun lalu.
“Karena rusaknya jembatan tersebut rusak akibat diguyur hujan empat hari yang lalu, sehingga ketika anak-anak santri yang ingin mengaji ke Ponpes Tahfizd Quran Almapus harus bergelantungan, bahkan ada juga yang harus memutar dengan jarak yang lebih jauh lagi,” katanya.
Soalnya, kata Encep, yang mengaji ke Ponpes tersebut bukan hanya warga sekitar, tetapi santri yang dari luar kampung.
“Bukan kampung kecapi amis saja, bahkan kampung koranji,Tegal Baros, Sigotong yang ngaji Ponpes Tahfizd Quran,” ujarnya.
Untuk itu, Encep berharap, agar pemerintah maupun donatur bisa memperbaiki jembatan gantung yang rusak tersebut, karena sangat membahayakan santri yang menuntut ilmu agama.
“Tentu kami berharap agar dibangun jembatan yang permanen, sebab kalau tidak bisa membahayakan santri yang sedang menuntut ilmu,” ucapnya.
Sementara itu, Kades Alas Wangi, Kecamatan Menes Adi Supriadi berkilah, kalau anggaran untuk perbaikan jembatan tersebut terhambat akibat Covid-19.
“Tahun kemaren anggaran desa kena penggeseran covid-19, ada juga dari alumni ponpes tersebut akan mengajukan ke PU Provinsi, saya sudah tanda tangan, tapi memang sampai sekarang belum ada rencana perbaikan kayanya,” ujarnya. (Asp)