KORANBANTEN.COM – Kementrian Pendidikan dan Kebudayan ajak generasi milenial mengenal kemegahan Candi Borobudur di Jawa Tengah memang sudah termahsyur. Candi terbesar umat Buddha tersebut menjadi magnet wisatawan yang ingin menyaksikan langsung kemegahannya. Tidak ketinggalan para peserta Olimpiade Siswa Nasional (OSN) 2019 jenjang Sekolah Dasar yang antusias dapat berwisata edukasi ke Candi Borobudur di Magelang.
Sebagai generasi milenial yang sebagian besar baru pertama kali mengunjungi Candi Borobudur, para peserta OSN ini seakan ingin membuktikan apa yang sudah mereka dengar dan lihat di televisi dan internet mengenai kemegahan candi tersebut. Kelegaan dan sukacita terpancar dari wajah-wajah peserta karena akhirnya agenda wisata edukasi ke Candi Borobudur tiba, setelah dua hari sebelumnya para peserta berjuang mengikuti ujian praktik dan teori dalam OSN.
Meskipun sebelumnya sudah pernah berkunjung bersama keluarga, Nauval Azhima, peserta asal Bireun, Provinsi Aceh, merasakan pengalaman yang sama sekali berbeda. Jika pada kunjungan sebelumnya Ia masih berusia 5 tahun, kini Nauval sudah berusia 10 tahun dan duduk di kelas 5 SD Negeri 1 Bireun. “Takjub, lebih sering lihat internet. Besar, kalau kita lihat di internet kayaknya tinggi banget, waktu kita naik nggak tinggi-tinggi banget,” kata Nauval.
Saat berkeliling, pemandu wisata menyampaikan kisah-kisah yang terdapat pada relief-relief Candi Borobudur. Hal tersebut rupanya menjadi daya tarik tersendiri bagi peserta. “Di sini kita bisa tahu pelajaran-pelajaran lain, legenda-legenda (seputar candi),” ujar Melodi Gita Kejora, peserta OSN asal provinsi Lampung.
“Di Candi Borobudur ada relief-relief banyak, jadi tahu cerita-ceritanya tu kayak mana (seperti apa). Dapat juga pelajaran hidup dari sana,” ujar peserta lainnya, Michiko Shen. Michiko yang merupakan salah satu dari sepuluh peserta yang mewakili provinsi Aceh juga mengagumi kemampuan manusia masa lampau dalam membangun candi. “Senang, karena meskipun teknologinya belum canggih tapi sudah bisa candi yang besar,” ujar Michiko.
Kesempatan berkunjung, menyaksikan, dan menyentuh langsung Candi Borobudur ini menambah kekayaan pengalaman serta wawasan bagi peserta OSN yang masih berusia sembilan hingga sepuluh tahun ini. “Waktu lihat Borobudur belum diapa-apain, jelek banget, nggak kelihatan. Dibangun ulang sama orang Belanda, Inggris, pokoknya diperbaiki lagi jadi cantik seperti sekarang,” ujar Nauval yang menyukai mata pelajaran Biologi.
Dalam pembangunannya, Candi Borobudur menghabiskan dua juta potong batu. Puncak Borobudur adalah stupa utama berukuran raksasa berdiameter 9,9 meter dan tinggi tujuh meter. Legenda mengisahkan, arsitek pembangunan Borobudur adalah Gunadarma. (Sumber : kemdikbud.go.id)