Oleh : Dian Wahyudi
Ketua Generasi Muda (GEMA) Keadilan Lebak
Beberapa pekan, hingga beberapa hari ke depan, jelang Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) Kabupaten Lebak, di Ahad 24 Oktober 2021, saya cukup banyak menyapa rekan-rekan yang sedang berjuang di Pilkades.
Terutama calon Kepala Desa (Kades) yang memiliki usia relatif muda. Bahkan saya pernah berdiskusi dengan beberapa calon Kades ini, dengan mengusung tema Sinergi Membangun Desa.
Mengundang 2 (dua) orang Kepala Desa “senior” yang sudah dua kali menjabat dan seorang lagi Petahana yang saya anggap cukup berhasil membangun desanya, utamanya dengan cara menggandeng “orang luar” untuk ikut membangun desa, dengan menggunakan anggaran diluar pemerintah. Nah…
Para calon Kades, sedari awal sangat antusias, padahal hadir dari berbagai desa di Kabupaten Lebak.
Dari awal saya yakinkan bahwa, semua memiliki peluang yang sama untuk terpilih menjadi Kepala Desa, dengan ramuan Visi dan Misi Kades yang oleh mereka diterjemahkan dalam sosialisasi ke masyarakat.
Sebenarnya sudah tidak relevan lagi istilah senior junior di Pilkades, dalam konstentasi pemilihan kepala desa saat ini. Saya sampaikan, kita berharap yang sering turun, yang sering menyapa masyarakat, berkeinginan kuat dekat dan melayani masyarakat Desa, yang memiliki gagasan, yang memiliki program kuat memberi solusi di masyarakatlah yang akan terpilih menjadi Kepala Desa.
Kepala Desa kedepan merupakan representatif pilihan masyarakat, memiliki kapasitas yang cukup untuk menjadi partner Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lebak, memiliki kapasitas menggerakan masyarakat untuk berdaya guna, dan berpikiran maju, mandiri, dapat memetakan potensi Desa sehingga lebih berdaya dengan sumber daya yang ada di setiap desa.
Tidak perlu berkecil hati, tidak perlu minder, ulah ngadegdeg ku gambar calon lain nusagede gaban (jangan takut dengan gambar calon lain yang sangat besar), hadapi dengan aura seorang optimis, pelaut ulung hanya akan lahir dari kerasnya terjangan ombak samudra yang hebat, sapa terus masyarakat, ada istilah cikaracak ninggang batu laun-laun jadi legok. Ulah keok samemeh dipacok. Semuanya adalah amanah yang harus kita pertanggungjawabkan.
Berbagai ‘jurus’ sejak jauh hari di sampaikan kepada berbagai lapisan masyarakat, dan hal ini sangat saya apresiasi, bukan hanya sekedar aktivitas ngopi atau sekedar ‘ngaliwet’ saja, namun juga penyampaian gagasan.
Juga berbagai bentuk aktivitas do’a bersama, sebagai bentuk kepasrahan, mempertemukan ikhtiar manusia dalam bersosialisasi, beradu gagasan, koordinasi, berkampanye sekaligus juga mengetuk pintu langit, meminta takdir terbaik, mempertautkan hati-hati agar dilembutkan dan mendapatkan pencerahan dalam menentukan nasib mereka, setidaknya enam tahun kedepan masa jabatan Kepala Desa.
Para calon Kades yang masih relatif berusia muda ini insyaAllah telah membuktikan : Muda, belum dikenal, kapasitas yang belum cukup, materi yang masih kurang bukan halangan untuk terus berbuat, terus membuat simpul, jaringan, menyampaikan gagasan, meyakinkan keluarga besar, sahabat, relasi, masyarakat untuk menempuh sebab-sebab kemenangan.
Berzikir bersama, mengingat dan menyebut asma-asma dan keagungan kebesaran-Nya, demi turunnya kebaikan, kemuliaan dan keberkahan. Zikir yang akan menenangkan dan mendamaikan. Hati siapa pun akan merindukan kehadiran-Nya. Sebab, petunjuk hanya milik Allah.
Kali waktu, sesekali saya pernah hadir dalam beberapa aktivitas ngopi dan diskusi mereka, betapa bergetar hati ini, atas paparan mulia mereka untuk membangun Desa.
Terkait para Calon Kades Muda ini, Saya tertarik mengutip pola kepemimpinan ala Antoni Ludfi Arifin, dengan komunitas SDM Cendekianya, yang dengan kuat mengusung Do’a dan Ikhtiar, sebagai bagian yang tidak terpisahkan.
Namun dalam hal ini saya hanya akan membagi terkait dengan Ikhtiar saja.
IKHTIAR itu adalah : 1) Integrity, 2) Keep Collaborating, 3) Humble, 4) Trusworthy, 5) Inspiring Others, 6) Agile, dan 7) Respect.
Integrity. Integritas adalah apa yang diucapkan sama dengan apa yang dilakukan. Integritas ini menjadi modal dasar seorang pemimpin, dengan intergritas yang baik, maka pemimpin bisa menjadi quality control dan moral keeper bagi dirinya dan orang lain.
Keep Collaborating, saat ini eranya adalah era kolaborasi, tidak menarik lagi kompetisi yang saling mengalahkan satu sama lainnya.
Dengan modal kolaborasi ini, seorang pemimpin akan mampu menyinergikan potensi internal yang dimiliki dengan sumber daya eksternal yang dimiliki orang lain.
Humble, rendah hati adalah keharusan bagi seorang pemimpin. Rendah hati bukan berarti rendah diri. Rendah hati berarti menyejajarkan diri dengan orang lain, berdiri sama tinggi—dengan pemimpin lainnya, dan duduk sama rendah—dengan bawahan/sub-ordinatnya. Sehingga dengan kerendahatian ini mampu “mengambil hati” orang lain: bawahan, teman sejawat, atasan, dan mitra kerja.
Truswrothy. Kepemimpinan adalah buah dari amanah. Wujudnya adalah rasa tanggung jawab. Tanggung jawab dan amanah ini lah yang nanti “di mata” orang lain kita bisa dipercaya. Jabatan “kepemimpinan” dan segala sumber daya yang diberikan kepada kita adalah titipan, ia harus dijaga agar bertumbuh dan berkembang, bukan berkurang dan hilang. Titipan jabatan Kepala Desa, harus dijaga dengan penuh tanggung jawab, menjalankannya dengan benar-benar berdaya guna bagi masyarakat dan negara.
Inspiring Others. Kepemimpinan bukan soal jabatan dan wewenang, yang dengan otoritas mampu mengerakan orang lain untuk mengerjakan sesuatu. Tetapi, kepemimpinan soal inspiring others, menggugah orang lain agar bergerak mencapai tujuan dan cita-cita bersama.
Agile. Kondisi saat ini, di era new normal dan kondisi ekonomi yang terus tidak stabil—pertumbuhan ekonomi menurun, inflasi meningkat, daya beli menurun, dan produksi menurun; maka dituntun kelincahan seorang pemimpin untuk “bermanuver” agar mampu menyesuaikan kondisi dan tidak larut dalam pusaran “badai.”
Respect. Saling menghormati. Jangan merasa ketika kita menjadi pemimpin terus berharap untuk dihormati dan difaslitasi. Terus berikanlah senyum, sapa, dan salam kepada siapapun. Hormati mereka, sehingga ‘bawahan’, teman sejawat, mitra kerja, memberikan rasa hormat yang sama kepada kita.
Dus, yakinlah dengan berbagai kapasitas yang dimiliki tersebut. Ditambah, saya merasakan energi luar biasa saat gurunda saya KH. Samson Rahman, MA menyampaikan nasehat lembut, Jika kau tak pernah menyayang manusia/ Kau tak akan pernah disayang mereka…/ Ketahuilah bahwa kasih sayang kita akan memantul sebesar yang kita curahkan pada mereka…/ tak akan sia-sia.
Jangan sampai masyarakat terus terperangkap memilih Kepala Desa karena tawaran apapun yang menggiurkan, instan dan kontan dibandingkan Visi dan Misi baik para Calon.
Kambing yang akan dicuri, kabarnya dibiasakan kutap-ketap bibir nya merasakan pemberian para pencuri. Sehingga sang Kambing lupa untuk mengembek agar berisik, lebih menikmati kutap-ketap-nya, sehingga sukses dicuri. Yah…
Usia Muda ataupun Tua siapapun yang memiliki kemampuan untuk mengusahakan Membangun Desa harus kita dukung. Jangan sampai suara masyarakat “dicuri” karena keenakan menikmati segala pemberian para pencuri suara. Eh…
*Menikmati suatu rasa di bibir*