Para peneliti telah mengembangkan sebuah brain-computer tatap muka yang bisa membaca darah di otak melalui level oksigen serta kemampuan komunikasi. Sehingga, hal yang disampaikan oleh pasien yang mengalami kelumpuhan bisa dimengerti.
Percobaan sistem ini dilakukan oleh empat pasien dengan sindrom yang membuat mereka hanya bisa menggerakkan mata untuk berkomunikasi. Hal ini tentu sulit untuk menggunakan pikiran mereka guna merespons apa yang disampaikan.
Melalui perangkat ini, pasien bisa mengekspresikan apa yang dia rasakan serta opini apa yang mereka sukai. “Teori ini pun membantahkan teori bahwa orang dengan sindrom tidak bisa berkomunikasi,” ujar Ketua penelitian Neuroscientist di Switzerland’s Wyss Center untuk Bio and Neuroengineering, Niels Birbaume, Jumat (3/2/2017).
Saat peneliti mengajukan pertanyaan yang bersifat personal, seperti, “Apakah suami Anda adalah Joachim? Apa anda bahagia?” secara otomatis pasien tersebut meresponsnya. “Mesin tersebut merekam aliran darah dan mengartikan perubahan pada komputer dengan jawaban ‘ya’ atau ‘tidak’,” jelasnya.
Peneliti bersama timnya berencana membangun hasil ini ke teknologi yang lebih maju dan tentunya membantu para pasien lumpuh untuk bisa berkomunikasi. @OPIK