Koranbanten.com – Generasi cinta sehat adalah kita semua, bangsa Indonesia dari segala usia yang turut serta dalam pembangunan kesehatan. 51 tahun HKN adalah awal dari setengah abad baru memperjuangkan pembangunan kesehatan. Usia yang mewakili sebuah kematangan dan kemapanan pembangunan kesehatan Indonesia.
Pada peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-51 tahun 2015, Kabupaten Serang melaksanakan kegiatan-kegiatan sosial serta berbagai perlombaan dan pemberian penghargaan. Kegiatan sosial yang memberikan dampak langsung kepada masyarakat yakni berupa bakti sosial yang diberikan langsung oleh Pejabat Bupati Serang pada tanggal 3 November 2015 di Pulau Tunda, serta dilaksanakan pengobatan gratis kepada 193 orang.
Hari Kesehatan Nasional (HKN) yang menginjak usia ke 51 kali ini mengusung tema Indonesia cinta sehat dengan sub tema “Generasi Cinta Sehat Siap Membangun Negeri” tema ini diambil karena memiliki makna penting untuk menjadikan hidup sehat sebagai budaya dari keseharian masyarakat Indonesia.
Semarak HKN Ke 51 tahun 2015 tingkat Kabupaten Serang juga dimeriahkan dengan diselenggarakannya Workshop Peningkatan Kinerja Pegawai pada tanggal 11 November 2015 dengan narasumber dari ESQ 165 dan dihadiri oleh Asda II serta 500 peserta. Kemudian, sebagai puncak acara digelar resepsi pada tanggal 12 November 2015 di Graha Faletehan melibatkan seluruh jajaran kesehatan baik pemerintah maupun swasta serta Perguruan Tinggi dan lintas sektor terkait. Acara yang dibuka oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Serang itu dimeriahkan oleh berbagai pertunjukkan dari insan kesehatan Kabupaten Serang.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sri Nurhayati selepas acara puncak HKN ke 51 mengatakan, di usia yang cukup matang ini, kondisi derajat kesehatan masyarakat masih cukup memprihatinkan, sehingga dituntut untuk bekerja lebih keras, bekerja lebih ikhlas, dan bekerja lebih cerdas. Sehingga kedepannya pertumbuhan kesehatan lebih baik lagi.
Sementara itu, mengenai angka kematian ibu di Kabupaten Serang Sri menjelaskan, saat ini masih terbilang tinggi dan masih memprihatinkan. “Jadi kita berupaya bagaimana menurunkan angka kematian ini, karena bukan hanya kinerja Dinas Kesehatan sendiri, kita semua harus bersama-sama bersatu padu dalam menyelesaikan permasalahan ini. Dalam rapat yang pernah digelar kita telah membahas soal untuk mendorong komitmen, agar kedepan semua konsen terhadap peningkatan kesehatan terhadap masyarakat, salah satunnya percepatan pengurangan kematian ibu dan percepatan pengurangan kematian bayi,” tutur Sri.
Menurut Sri, meningkatnya angka kematian ibu, disebabkan oleh beberapa faktor antara lain penyebab secara langsung dan tidak langsung. Pada penyebab langsung masih didominasi oleh pendarahan karena rata-rata ibu hamil yang ada di desa-desa mengalami anemia dan tingkat anemia ini masih tinggi. “Jangankan ibu hamil yang terkena anemia, ibu hamil normal yang tidak terkena anemia pun cenderung anemia karena penuh konsentrasi untuk bayi apalagi jika ditambah kurangnya asupan gizi,” jelasnya.
Lebih lanjut Sri menjelaskan, di tahun 2014 nilai absolute kematian ibu hamil sekitar 50 dan pada tahun 2015 sampai November sekitar 45. Oleh karena itu, menurutnya perlu komitmen dari lintas sektoral mengenai penyebab anemia salah satunya dikarenakan kurangnya asupan gizi. Karena menurutnya hal itu bukan hanya tanggung jawab Dinas Kesehatan namun merupakan tanggung jawab semua pihak. “Pada tahun 2016, insyaallah kami akan mendeklarasikan dan memperjuangkan mengenai dana persalinan dan alhamdulillah sudah dapat. Maka dari semua pertolongan persalinan tidak boleh dipungut biaya,” tuturnya.