Adaptasi Kreatifitas Baru

Dian Wahyudi
Komunitas Sinergi Banten

Bagi rekan-rekan di Kabupaten Lebak, yang masih setia dan suka mendengarkan radio milik pemerintah kabupaten (pemkab) Lebak, atau yang dikenal sebagai Lembaga Penyiaran Publik Lokal Radio Multatuli 89.00 MHz, dengan tag line Cerdas, Informatif & Solutif, pastinya sudah familiar alias akrab mendengarkan suaranya saat melakukan siaran.

Bacaan Lainnya

Walaupun di akun resminya, multatulifm.lebakkab.go.id tidak terengar suara apapun (hehe), namun dibeberapa akun online lain, masih terdengar jernih, di radioindonesia.org/lppl-radio-multatuli-fm atau di onlineradiobox.com/id/lppl/?cs=id.lppl.

Saya mengenalnya dengan nama Ahmad Rohili, ataubiasa dipanggil Lilo. Saya tergelitik dengan gayanya saat bersiaran, sangat atraktif, kadang dipadu dengan siaran online di akun media sosial facebook miliknya, sehingga sangat interaktif, sangat hidup. Bahkan disela-sela memutar lagu kesayangan para pendengar, Lilo kerap menyampaikan tantangan agar pendengar bertanya banyak hal, sesuai tema yang dibawakannya saat siaran. Walhasil cukup banyak ilmu yang secara tidak langsung diserap oleh pendengar setianya.

Seperti hari itu, saya iseng bertanya terkait tentang teknik menjadi penyiar. Saya bertanya bagaimana caranya agar suara kita terdengar halimpu (enak di dengar), kata beliau (saya yakin beliau berusaha keras ngubek referensi terkait hal tersebut), kata beliau, kalau berdasarkan teknik, Pertama, Inflection, alias lagu kalimat atau nada bicara dengan benar; meninggi saat jeda, menurun saat selesai. Kedua, Aksentuasi, semacam penekanan (stressing) pada kata-kata tertentu yang dianggap penting. Misalkan, “Pak Dian merupakan sosok yang ramah dan pintar.” Mana yang mau di tekankan? Pasti ramah dan pintarnya kan? Nu katilu nyaeta, Speed, yaitu kita gunakan kecepatan (speed) dan kelambatan berbicara secara bervariasi. Kecepatan berpengaruh pada kejelasan (clarity), juga durasi. begitu lah kira-kira. Secara natural nanti juga produksi suara kita akan terbentuk. Kalau dari segi (bukan) teknik, saya paling latihan membaca nyaring, tutup Lilo.

Adapula yang bertanya, bagaimana menjadi penyiar yang asyik, dari penanya Siti Zahroh. Dijawab oleh Lilo, penyiar yang asyik itu, Dia yang sanggup membangun mood pendengar lalu di padu padankan dengan pilihan musik yang earworm banget. Dan yang paling penting, Dia asyik juga mengemas informasi tertentu menjadi renyah di dengar.

Sebagai pengetahun, mengutip liputan6dotcomdothealth, istilah earwoms, merupakan kondisi dimana lagu yang baru saja didengarkan seseorang, dan berulang di kepala. Menurut mereka, earworms merupakan istilah lain untuk involuntary musical imagery (INMI), atau pengingat spontan dan pengulangan lagu dalam pikiran seseorang.

Setelah melakukan analisis statistik dari ribuan fenomena earworms, psikolog musik Kelly Jakubowski menemukan bahwa ada 3 fitur utama yang membuat lagu sebisa mungkin menjadi earworms, yaitu dengan kriteria up-tempo, set melodi yang akrab, dan interval yang menarik serta unik. Semakin cepat ritme sebuah lagu, semakin besar kemungkinan lagu itu akan muncul secara spontan di kepala seseorang.

Jakubowski mengatakan hal ini terjadi karena orang-orang cenderung bergerak mengikuti earworms, yang terjadi ketika seseorang berjalan dengan cepat, menyikat gigi, atau menyapu, sesuai dengan tempo yang cocok dari aktivitas yang dilakukan seseorang. Earworms juga cenderung memiliki struktur suara yang sederhana dan akrab.

Apa yang dilakukan oleh Lilo bagi saya sangat kreatif, mempadu padankan kebutuhan audien-nya. Dan saya yakin bukan karena tiba-tiba, namun melalui serangkaian pencarian dan disiplin pembiasaan. Meminjam istilah populer, Alah bisa karena biasa, kalau istilah saya, Alah kreatif karena selalu berpikir positif.

Namun saya tidak sedang membicarakan an sich sahabat saya, Lilo tersebut, saya sebenarnya ingin menyampaikan, bahwa kita semua kudu kreatif, apalagi di zaman kiwari.

Bahkan, jika perlu kudu totalitas, kalau menurut Yuna, bahkan harus terukir di bintang. Seperti dalam sebuah syair lawas populer miliknya, yang saat ini banyak di cover oleh banyak penyanyi. Sayangku jangan kau persoalkan siapa di hatiku// Terukir di bintang tak mungkin hilang cintaku padamu//. Lagu lawas bisa hadir kembali di cover puluhan orang, buah dari kreatifitas…

Ibarat jatuh cinta, seribu kreatif akan muncul, agar kampung halaman kita terus menggeliat gak ada matinya dalam kreatifitas. Cinta kepada Kabupaten Lebak, akan tercurah deras jika kita terus berkreatifitas. Begitu pula ujar Soekarno, gantungkan cita-citamu setinggi langit.

Usaha Lilo perlu saya apresiasi. Berbanding terbalik dengan usaha saya, yang belum berusaha keras mengikuti arahan beliau, suara saya masih berkutat di suara Radio rusak yang mengkhawatirkan.

Namun bagaimanapun. Hal ini bisa jadi wahana belajar bagi saya, utamanya bagi para pengambil kebijakan atau siapapun yang mau belajar. Apalagi jika ditambah berusaha dan merawat gestur nyaman dan selalu tersenyum, menjadikan suara kita enak didengar dan raut wajah kita enak dilihat…

Menurut Wikipedia, Gestur, merupakan verbal dengan aksi tubuh yang terlihat mengkomunikasikan pesan-pesan tertentu, baik sebagai pengganti bicara atau bersamaan dan paralel dengan kata-kata. Gestur mengikutkan pergerakan dari tangan, wajah, atau bagian lain dari tubuh.

Memberi kita kesadaran, untuk ulah Baper, jangan bawa perasaan. Bagaimana tidak seorang Bolot saja, seorang seniman senior, harus terus totalitas dalam ber kreatif, dengan berbagai ide bolot…

Rekan saya, seorang peternak bebek petelur, harus terus berinovasi dan menumbuhkan kretifitas, untuk membuat rasa telur asin saja, terus mencari ide telur bebek asin aneka olahan, yang biasa menggunakan bahan batu bata, dicoba menggunakan abu gosok atau air garam saja. Kabarnya sudah ada pula Telur Puyuh Asin… wah….kita tidak akan tau, jika tidak mencobanya…

Sebagai contoh, ini sekedar misal saja. Data Lebak Center sudah amat sangat kreatif, mengemas berbagai event pemkab di sana. Namun itu tadi, kita perlu inovasi dan kreatifitas lebih agar teknologi milik pemkab ini dapat lebih berdaya.

Padahal, menurut salah seorang kolega saya, H. Atoillah, seorang pengusaha berbagai teknologi terbaru di Rangkasbitung, memiliki pesan, agar seluruh CCTV (kamera pemantau) yang dapat diakses, atau ditambah sesuai kebutuhan, dapat terintegrasi, sehingga dapat dijadikan keputusan bernas, saat darurat ataupun menjadi bahan perencanaan daerah. Padahal, investasinya cukup murah, jika berada ditangan orang yang tepat (haha… bukan promosi).

Hal ini saya AMINI, esensinya teknologi dapat kita jadikan bahan keputusan cepat disaat kita butuhkan. Harapan ini pernah saya tulis pula dalam tulisan saya sebelumnya, terkait Lebak Data Center. Sebagai contoh, CCTV yang terpasang di pasar dapat dijadikan informasi berharga terkait kondisi parkir pasar ataupun kondisi dalam pasar, tidak seperti saat ini, kesemrautan dan genangan air di pasar belum terkontrol dengan baik, karena tidak adanya laporan cepat dan tepat.

CCTV dapat dipasang di terminal, tempat keramaian (misal di balong ranca indah, alun-alun, GOR, dll) untuk dipantau Satuan Pol PP, sehingga dapat bergerak cepat tanpa menunggu laporan warga jika terjadi kerawanaan kejahatan atau memantau antisipasi banjir kota, atau di tempat rawan bencana (dipasang di lokasi aman), sebagai langkah antisipasi bencana dan tingkat kerusakan. Terintegrasi dalam aplikasi yang semua terpantau oleh kepala daerah sebagai pembuat keputusan.
Berbagai teknologi mungkin masih dapat bertahan, adapula yang sudah mulai berubah, namun dengan kreatifitas, nilai tambahnya berubah dengan ber-adaptasi. Saya tidak bisa mengubah arah angin, tapi saya bisa mengatur layar saya untuk selalu mencapai tujuan saya, ujar Jimmy Dean. Semoga …

Pos terkait