Aku, Ratu dan Raja

Oleh : Dean Al-Gamereau

Nama aku, di Indonesia, ternyata sudah populer, setidak-tidaknya tahun 1970-an, oleh Ratu Dangdut Hajjah Umi Elvie Sukaesih, lewat lagunya, dengan judul yang sama dengan nama panggilan aku sehari-hari : “Corona”, atau judul lengkapnya, “Corona (Demi Cinta)”. Begini, penggalan lirik lagu itu, “Aku tak mau/Bila dipaksa/Walau Corona/Oh mas kawinnya. Lirik yang lain, “Bagi diriku, aku tak sudi/Tak mau mati karena Corona/. Lagu ini diiringi Orkes Melayu Purnama, dipimpin Awab Abdullah, yang sekaligus pencipta lagu “Corona (Demi Cinta)”.

Bacaan Lainnya

Tetapi, keseluruhan lagu ini tentang cintrong, tentang Ratu Dangdut yang tak mau menyerahkan cintanya, meski dengan mas kawin Corona, sebuah merk mobil sedan produksi Toyota (Jepang), yang dewasa itu sangat terkenal di Indonesia. Aku yakin, Ratu Dangdut pada saat ini pun tak mau mati karena aku, karena Corona. Aku yakin pula, ketika itu, Ratu Dangdut tak pernah berpikir tentang Corona yang lain, kecuali tentang Corona yang enak di-dangdut-kan.

Aku hadir di Indonesia. Raja Dangdut Rhoma Irama, yang juga pernah duet nyanyi dengan Ratu Dangdut Hajjah Umi Elvie Sukaesih, kemudian “menyambut” aku dengan lagu pula, judulnya, “Virus Corona”, seperti tampil di Kompas TV, tempo hari.

Raja Dangdut hadir dengan lirik rintihan, pengakuan ke-tidak berdaya-an, dan doa. Coba perhatikan penggalan liriknya, “Hanyalah padamu Tuhan kami mohon perlindungan/Dari ancaman bahaya virus yang makin mewabah/Berilah inayah untuk menghentikan/Mata dunia terbuka betapa lemahnya manusia.

"Berilah inayah untuk menghentikan”. Nah, ada kata inayah, bahasa yang lebih religius (terjemahan) dari pertolongan.  Raja Dangdut lebih khusyuk menggunakan kata inayah, karena terasa lebih bertenaga ketika jadi doa yang dipanjatkan kepada-Nya.


Raja Dangdut  benar! Aku makhluk Allah S.W.T. yang tak  bisa begitu saja menghilang dari peredaran dunia, yang tak bisa begitu saja  musna laksana  ditelan bumi atau disapu bersih angin topan, kecuali memang atas perintah-Nya atau kehendak-Nya.

Serius! Selama aku diperintah-Nya atau dikehendaki-Nya tetap ada di dunia, dan berkeliling dunia di antara manusia, yakinlah obat apa pun atau cara apa pun tak akan pernah mempan. Bahkan, senjata modern yang kaumiliki, kapal perang, atau dolar yang kaukuasai, yakinlah, tak ada artinya untuk menghadapi aku.

Sebetulnya, aku rela terusir dari dunia, kalau memang Allah S.W.T. sudah memerintah aku. Kapan pun! Oleh karena itu, mintalah kepada pemilik aku! Mohonlah inayah-Nya agar aku segera hilang.

Lagi pula, kau pikir, aku betah di dunia? Kau pikir, aku senang berkeliling dunia? Kau pikir pula, semua ini bagiku surga dunia? Kau saja yang selalu memimpikan surga dunia, tetapi lupa tentang dunia surga di akhirat nanti.

Pos terkait