Penggunaan obat untuk malaria yang umum digunakan saat ini mulai berkurang efektivitasnya karena parasit semakin kebal. Peneliti berhasil mengungkap rahasia parasit ini yang ternyata menggunakan sel darah merah korbannya untuk melawan efek obat.
Studi yang dilakukan oleh peneliti dari Australia dan Skotlandia berusaha melihat bagaimana bermacam-macam parasit malaria berperilaku di dalam tubuh.
Dari dua spesies parasit malaria yang sering menginfeksi manusia, satu parasit yaitu Plasmodium falciparum senang bersembunyi di sel darah merah matang sementara lainnya Plasmodium vivax senang bersembunyi di sel darah yang belum matang (retikulosit).
“Perilaku ini yang menarik karena dua-duanya punya biologi berbeda sehingga menimbulkan pertanyaan apakah obat untuk satu spesies akan efektif untuk spesies lainnya,” ujar salah satu Peneliti Professor Malcolm McConville dari University of Melbourne.
Pada retikulosit, peneliti menemukan bahwa parasit punya banyak sumber daya untuk melawan pengaruh obat malaria. Hal ini menjelaskan mengapa penyakit sulit sembuh karena obat hanya mampu membunuh parasit di sel darah merah matang tapi tidak yang ada di retikulosit.
“Parasit-parasit ini lebih sehat karena mereka mendapatkan lebih banyak nutrisi dari sel inangnya sehingga mampu melawan stressor (obat -red),” papar McConville yang telah mempublikasikan temuan tersebut di jurnal PLOS Pathogens.
“Retikulosit memberikan lingkungan alternatif yang sangat permisif terhadap semua spesies Plasmodium untuk tinggal,” lanjutnya.
Setelah menemukan rahasia dari kekebalan parasit Mcconville mengatakan langkah selanjutnya adalah mencari obat yang bisa mengatasinya. Ia yakin dengan bantuan metode metabolomik obat tersebut akan dapat diciptakan.
sumber : detik.com