koranbanten.com – Untuk meningkatkan optimalisasi pelayanan Fasilitas Kesehatan Rawat Tingkat Lanjutan (FKRTL), hari ini (19/6) BPJS Kesehatan KCU Serang bersama pihak Rumah Sakit yang berkomitmen bekerja sama dengan BPJS Kesehatan KCU Serang melakukan optimalisasi bagi peserta JKN di wilayah BPJS Kesehatan KCU Serang.
Dalam hal ini ada 4 komitmen, pertama, merupakan ketersediaan ruang rawat inap yaitu tempat tidur untuk kelas 1, 2, dan 3. BPJS Kesehatan mendorong RS untuk dapat menambah kapasitas tempat tidur atau direlokasikan dengan baik dari Kelas Utama atau VIP. Hal ini disambut baik oleh RS Sari Asih Serang yang melakukan relokasi Kelas Utama menjadi kelas 1 sehingga peserta yang datang berobat dan mendapatkan pelayanan rawat inap yang menempati Kelas Utama di RS tersebut tidak lagi dikenalan iuran biaya untuk kenaikan kelas perawatan.
Kedua, keterkaitan komitmen pemenuhan ICU lengkap dengan ventilator. Menurut Kepala Cabang Utama Serang, Chandra Nurcahyo, kapasitas ICU untuk RS yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan KCU Serang masih sangat sedikit.
“Saat ini baru satu RS, yakni RSUD Banten saja yang telah melengkapi ICU dengan ventilator sesuai dengan amanat regulasi yaitu 5% dari total tempat tidur, ini mengakibatkan banyak pasien yang belum dapat tertangani dengan baik pada saat membutuhkan ICU,” ujar Chandra.
Ketiga, dalam keterbukaan informasi dalam bentuk aplikasi aplicare/dashoard akan membantu peserta JKN-KIS, dalam hal informasi ketersediaan tempat tidur atau fasilitas RS yang lainnya dan RS yang bekerja sama pun sudah memperispakan data (update data real time) dimasing-masing RS untuk dapat diupdate secara rutin dengan dukungan internet.
Walau masih banyak kendala pada pelaksanaan komitmen ini pihak RS tetap meningkatkan kualitas yang sudah validitas data yang ditampilkan melalui (update data real time) tersebut. RS yang berada di wilayah KCU Serang yang sudah rutin melakukan update data real time adalah RS Drajat Prawiranegara, Kurnia Serang, RS Kurnia Cilegon yang bermula dengan kesiapan sistem mereka sehingga mampu melakukan bridging pada aplicare/dashoard.
Dalam hal pelakasanaan Walk Through Audit (WTA) di RS, di BPJS yang sudah ada sejak 2016 merupakan survey yang dilakukan oleh duta BPJS Kesehatan dengan metode wawancara untuk mempermudah peserta JKN-KIS yang berobat ke fasilitas kesehatan untuk tingkat pelayanan rawat jalan dan rawat inap.
“Tujuan WTA RS sendiri yaitu untuk mendapatakan informasi area of improvement untuk kepuasan peserta JKN-KIS terhadap pelayanan Faskes yang bekerjasama dengan BPJS,” tambah Chandra.
Selanjutnya yang terakhir adalah optimalisasi sistem antri yang memudahkan akses peserta untuk pemanfaatan pelayanan di RS. RS yang memiliki sistem antri yang luar biasa yaitu RS Kurnia sistem yang bisa diakses lewat aplikasi android, dilengkapi oleh finger print segingga mampu meminimalisasi penyalahgunaan kartu dan saat ini sistem tersebut tengah menjalani proses uji coba untuk diintegrasikan pada FKTP.
Hal ini merupakan salah satu bentuk komitmen pelayanan. Faskes ini juga memudahkan sistem rujukan sehingga tidak ada alasan RS untuk menolak pasien sebagai self service bagi peserta JKN dan juga bermanfaat dalam hal untuk penerbitan SEP.
Diharapkan dengan adanya Komitmen ini dapat dilaksanakan dengan segera oleh seluruh RS, dan apabila diketahui bahwa pelaksanan tidak optimal maka hal tersebut dipertimbangkan menjadi suatu pengurangan bobok rekredensialing untuk melakukan perpanjangan kerjasama unpriode sealnjutnya.(Sinta)