Dalam Penerbangan Jakarta – Jedah

Oleh: C.R Nurdin

Lelaki yang duduk di samping saya, dalam sebuah penerbangan Jakarta – Jedah, musim haji tahun 2019 ini, tenyata tetangga, orang Kota Serang (Banten). Kedua bola matanya berbinar saat ditanya tentang ibadah haji yang ditunggunya sejak lima tahun lalu. “ONH plus. Berdua dengan istri,” katanya, penuh haru.

Bacaan Lainnya

“Ongkos berdua Rp360 juta. Tiga kali cicilan,” tambahnya. Dia bukan pejabat, mengaku hanya petani biasa dengan sawah yang diakuinya tak terlalu luas. Saat ditanya berapa kali mengikuti bimbingan haji sebelumnya, lelaki yang ditaksir berusia 50-an tahun itu mengaku hanya sekali saja mengikuti bimbingan ibadah haji.

Saya kaget, apalagi Dr. Asmaji yang duduk di samping kiri saya. Penulis science Alquran 1.000 halaman ini, yang juga satu rombongan ibadah haji dengan saya, bertanya banyak hal tentang ibadah, tentang salat dan bersuci dalam safar.

Ternyata, sangat awam. Tak tahu apa-apa tentang semua itu. Dr. Asmaji langsung mengajarinya tayamum. “Saya harus menulis buku tentang ini. Biar calon haji lebih mudah beribadah. ” katanya, sangat serius.

Ketika ditanya tentang miqat pun dia menggeleng-gelengkan kepala. Dia pakai baju ihram di Jedah, karena memang begitulah jadwalnya. “Saya ikut saja,” katanya, datar. Maka, bimbingan manasik haji secara komprehesif jadi teramat penting sebagai “pesantren” haji dan umrah, terutama untuk orang awam yang saleh seperti lelaki yang diajari tayamum oleh Dr. Asmaji.

Kain Ihram
Miqat makan semakin dekat setelah pesawat Saudia itu terbang hampir 9 jam dari Jakarta. Kain ihram saya siapkan, lalu dari kursi nomor 49F saya bangkit menuju mushalla di bagian ekor pasawat. Ternyata, ada dua orang yang sedang memakai kain ihram. Mengapa penumpang lain yang akan beribadah haji tak juga memakai kain ihram itu? Karena dinilai masyaqqat (ribed), dan merasa lebih leluasa di Jedah. Terus terang saja, sejak di Bandara Soetta, Jakarta, saya melihat dua orang berwajah Eropa yang tampak begitu bangga berbalut kain ihram. Kedua orang itu kemudian memang akan beribadah haji. Mereka duduk di kursi belakang saya.

Pos terkait