KORANBANTEN.com – Mendengar nama perancang mode Sapto Djojokartiko, maka yang terbayang di dalam benak adalah busana dengan garis feminin nan romantis. Sapto juga dikenal dengan garis rancangan yang klasik, seksi, elegan, dengan detail embroidery yang mempesona.
Bisa dibilang rancangan pria asal Solo, Jawa Tengah ini memiliki signature serta audiensinya sendiri. Lantas, bagaimana jika Sapto Djojokartiko merancang busana bergaya kasual streetwear?
Bukan melalui label kedua miliknya yang bernama ‘Todjo’, rancangan busana bergaya kasual streetwear justru hadir melalui kolaborasi Sapto dengan brand clothing, Gaudi. Koleksi kapsul bertajuk ‘Sapto for Gaudi’ ini menggabungkan dua karakteristik sekaligus, yakni Sapto dan Gaudi.
Gaudi dengan gaya kasual serta easy going khas remaja digabungkan dengan ciri khas Sapto yang menonjolkan pada detail busana. Hasilnya, terdapat 87 outfit dengan gaya street style dan chic.
“Saya ingin membawa nafas desain Sapto yang selalu mengeksplor khas Nusantara atau etnik dengan gaya lebih urban, kontemporer, wearable, sehari-hari. Sehingga looks-nya lebih modern,” ujar Sapto Djojokartiko dalam jumpa pers sebelum peragaan, di Monty’s Restaurant, Senopati, Jakarta Selatan.
Koleksi kapsul ini menghadirkan lurik dan tenun ikat yang dibuat modern dan kontemporer. Siluet seperti bomber jacket, vest, blazer, atasan tanpa lengan, dress, celana pendek, celana panjang, dan rok. Aksen slit (belahan), peplum, tying, layer, serta detail embroidery ikat Sumba mendominasi beberapa potongan busana tersebut.
“Untuk motifnya ada motif-motif lurik, ada yang merupakan kain motif modifikasi ikat Sumba warnanya lebih pastel tetapi dipecah menjadi ornamen,” tambah pria bertato ini.
Seluruhnya bisa dipadupadankan dan cocok digunakan untuk tampilan sehari-hari. Menariknya, beberapa outfit, seperti bomber jacket, vest, sweatpants, sweater, dan t-shirt didesain Sapto untuk pria dan wanita atau uniseks.
Bagi Sapto, kolaborasi ini dirasa cukup menantang. Pasalnya, ia harus merancang busana sesuai dengan segmented Gaudi, remaja hingga wanita dewasa awal, yakni kisaran usia 15-25 tahun. Di mana tentu ini menjadi target pasar baru bagi Sapto.
“Ini menjadi tantangan bagi saya, bagaimana membuat koleksi untuk target market lebih mudah padahal kan biasanya saya lebih mature rancangannya. Pilihan warnanya pun tak mudah,” ungkap Sapto.
Untuk warna busana sesuai dengan signature-nya, koleksi ini didominasi oleh warna beige, krem, abu, cokelat muda, khaki, taupe, hitam, mauve, dan off white. Lantaran dikenakan untuk sehari-hari, pemilihan bahan pun diutamakan senyaman mungkin, seperti katun dan linen. @DF