Alasan Anastasia Praditha Mewakili Banten pada Pemilihan Puteri Indonesia

KORANBANTEN.COM – Wanita dengan tinggi 172 cm yang mengenyam pendidikan S-1 Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Indonesia (UI) dan S2 di International Communication for Business Development London School of Public Relations (LSPR) ini menyebut, ada seven wonders of Banten yang sangat mengesankan. Yakni Banten Lama, Taman Nasional Ujung Kulon, Pulau Sangiang, Suku Baduy, Pulau Umang, Gunung Krakatau, dan Rawadano. Tujuh keajaiban Banten itu merupakan aset sangat berharga dan kebanggaan bagi Banten.

“Banten sangat kaya dengan potensi dan juga keragaman budaya seperti suku Baduy dengan kearifan lokalnya sangat unik dan memiliki nilai jual. Jujur kebanggaan saya terhadap Banten sangat luar biasa dan saya terpanggil untuk mengembangkan potensi ini serta mengenalkan ke khalayak luas hingga internasional,” jelas wanita yang tinggal di Tangsel ini saat dihubungi Radar Banten melalui Whatsapp, Senin (11/2).

Bacaan Lainnya

Menjadi pemenang dalam kompetisi Puteri Indonesia menurut Ditha, adalah hal yang penting. “Kita harus memiliki mental pemenang. Memiliki target dalam hidup adalah kompas yang mengarahkan hidup kita agar lebih bermakna, sehingga kita bisa berusaha sebaik mungkin untuk meraih hasil terbaik,” ujarnya.

Kata dia, sebagai orang yang bermental juara, menang dan kalah adalah hal biasa. Yang terpenting, sudah mengusahakan yang terbaik. “Setidaknya saya sudah menyuarakan pendapat saya sebagai perempuan agar bisa menginspirasi, mengedukasi dan memotivasi perempuan untuk meraih cita-cita mimpinya, begitu pula dengan kerja keras saya untuk membangkitkan Banten kembali pasca bencana tsunami,” tutur winner of Diplomacy of Indonesia- China Social Media Competition held by LSPR and Embassy of the Republic of Indonesia in Beijing, 2018 ini.

Ditanya tentang apa yang membuatnya mau menjadi delegasi Banten di pemilihan Puteri Indonesia tahun ini, finalis Putra Putri Batik Nusantara 2011 ini bilang, karena tahu dan sadar besarnya potensi Banten. Menurutnya, masih banyak pekerjaan rumah (PR) bagi pemerintah dan warganya untuk membangun, merevitalisasi, bahkan mempromosikan ke khalayak luas.

“Saya sudah lama konsen mengenai hal ini, mulai dari menanam terumbu karang di Tanjung Lesung, berkunjung ke Taman Nasional Ujung Kulon, berpartisipasi dalam Seba Baduy dan masih banyak lagi. Saya rasa dengan wadah yang tepat dalam ajang Puteri Indonesia, saya bisa mengenalkan potensi ini menggunakan social media,” tutur delegasi Indonesian pada commemorating Indonesia’s Independence Day 2018 di Embassy of the Republic of Indonesia di Beijing ini.

Pehobi presenting, menulis, membaca, travelling, serta olahraga ini mengaku, selalu mempersiapkan masa depan dan tujuan dalam hidupnya dengan maksimal dan matang. “Di Puteri Indonesia ini saya sudah mempersiapkan diri untuk mengikuti di usia yang matang. Dengan pengalaman yang saya miliki, pengetahuan mengenai provinsi yang saya wakili, serta panggilan dalam diri saya untuk menginspirasi perempuan Indonesia di luar sana untuk percaya diri, menekuni passionnya, semangat meraih cita–cita dan tak berhenti bermimpi. Don’t lose hope (jangan kehilangan harapan-red). Hope is something that is free, yet keeps you alive (harapan adalah sesuatu yang dapat diraih selama kamu hidup-red),” tukas pemilik akun Instagram@apraditha ini.

Di usianya yang ke-25 tahun, Ditha mengaku menjalani beragam fase kehidupan. “Saya tahu rasanya dalam posisi terindah dalam hidup, dan bagaimana merangkak dan meraih asa yang tak pasti. Mengenal saya, berarti mengenal arti pantang menyerah. Saya tak pernah berhenti belajar, dari mana pun, pada siapapun, dan kapan pun, dengan mimpi bisa membawa perubahan,” jelas Ditha.

Ditha berpesan untuk generasi muda di Banten jangan pernah kehilangan harapan. “That is the key (itu adalah kuncinya-red). Saya adalah contoh sosok yang hidup dari mimpi-mimpi saya,” tandasnya.

Ditha menekuni bakat menulis semenjak kecil. Ia tekun mengembangkan bakat dan talenta hingga bisa menulis buku, aktif berkontribusi untuk koran, membuat film dokumenter, hingga mantap bekerja sebagai jurnalis dan news presenter di televisi. “Saya melakukan semua, bekerja keras, dan pantang menyerah semata-mata dengan pertolongan Tuhan, untuk membanggakan orangtua, dan agar bisa menjadi berkat bagi orang lain,” pungkasnya. (red).

Pos terkait