KORANBANTEN.com – Meskipun tidak ada obat untuk HIV, pertumbuhannya bisa diperlambat dalam tubuh manusia. Tapi, untuk melakukan itu, penyedia layanan kesehatan harus tahu terlebih dahulu bahwa pasien telah terinfeksi HIV.
Di negara-negara berpengahasilan rendah, tes mengalami banyak kendala, misalnya di Sahara Afrika, di mana HIV telah menjadi pandemi (lebih dari 24 juta dari 347 juta orang di seluruh dunia dengan HIV tinggal di sana). Hal ini karena di Sahara Afrika, masyarakat banyak hidup di pedesaaan, di mana rumah sakit atau klinik perlu ditempuh berjam-jam, bahkan berhari-hari dalam sekali perjalanan.
Jarak juga membuat penyedia layanan kesehatan hampir mustahil memantau perkembangan HIV di Sahara Afrika. Ini adalah penghalang utama dari uji HIV, dan sebagian besar menjadi penyebab penyebaran virus.
Namun, kini para peneliti di Imperial College London menawarkan solusi. Mereka telah mengembangkan USB yang dapat menguji keberadaan HIV dalam darah seseorang hanya dengan waktu 30 menit. Selama ini, tes uji HIV memakan waktu hingga tiga hari untuk memproses dari tanggal sampel dikirim.
Para peneliti menguji 991 sampel darah menggunakan USB dan membandingkan hasilnya dengan metode pengujian yang biasa digunakan. Hasilnya hampir 95 akurat menggunakan USB.
Alat diagnostik baru ini diciptakan oleh Universitas dan perusahaan biotek DNA Electronics. Hanya membutuhkan satu tetes darah yang ditempatkan ke bagian USB. perangkat ini berisi mekanisme yang dapat mendeteksi apakah gen HIV ada dalam setetes darah tersebut.
Kemudian, USB akan dihubungkan ke laptop atau perangkat elektronik. Data secara otomatis dikirimkan ke sebuah aplikasi, di mana pasien dapat dengan cepat membaca hasilnya.
Sementara itu, salah satu perawatan HIV yang paling efektif saat ini adalah terapi antiretroviral, di mana bertujuan mengurangi kadar virus sampai mendekati nol. Namun, dalam beberapa kasus, virus HIV dapat resisten terhadap obat atau terapi, sehingga membuatnya muncul kembali. Karenanya, pasien HIV juga dapat menggunakan perangkat ini untuk tujuan monitoring.
“Alat ini juga dapat digunakan oleh pasien HIV untuk memantau pengobatan mereka sendiri dan membantu orang-orang di daerah terpencil di dunia yang tidak dapat mengakses tes HIV,” ujar para penulis studi, dikutip Quartz, Senin (14/11/2016).
Lebih lanjut, para penulis studi mengatakan, tujuan utama dikembangkannya USB ini adalah menyediakan pasien HIV cara untuk memantau kondisi mereka. Selain itu, menurut mereka, USB ini membantu pasien HIV mengidentifikasi tanda-tanda meresahkan selama pengobatan.
Bahkan, para peneliti mengungkapkan, dengan cara yang sama, perangkat ini dapat digunakan pasien diabetes untuk memantau kadar gula darah. Pasien jantung pun dapat mendeteksi tekanan darah mereka menggunakan monitor tekanan darah. Dengan kata lain, pada akhirnya perangkat ini dapat digunakan untuk menguji hepatitis dan penyakit lain satu per satu secara bersama-sama.
“Teknologi ini memiliki potensi menjadi scalable untuk mendeteksi beberapa patogen secara bersamaan,” tutup para peneliti. @DF