Generasi milenial kelahiran tahun 1981-1994 dinilai sulit dalam memenuhi kebutuhan papan atau rumah hunian. Pasalnya, kenaikan harga tanah tak sejalan dengan kenaikan gaji para pekerja muda.
Seperti dikatakan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution beberapa waktu lalu, bahwa kenaikan harga tanah bisa mencapai 15%-20%. Sementara pendapatan generasi milenial dalam jangka 4-5 tahun hanya sekira 10%.
Managing Director President Office Sinar Mas Land Dhony Rahajoe mengatakan, jika mengacu gaji standar atau gaji yang diperoleh generasi milenial pada umumnya akan sulit untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal.
“Misalnya anak saya umurnya 23 pendapatannya Rp3 juta, mau beli rumah ya belum tentu bisa,” katanya.
Namun, tak semua generasi milenial memiliki penghasilan yang standar. Saat ini dengan perkembangan teknologi, banyak anak muda yang mampu menghasilkan pendapatan hingga ratusan juta rupiah. Sehingga mereka tidak akan sulit untuk membeli rumah.
“Ada generasi milenial yang sudah punya usaha misalnya IT bisnis, itu pendapatan dia sebulan bisa ratusan juta (Rupiah), dia sangat mampu untuk beli rumah,” lanjutnya.
Sehingga, dia menyimpulkan, tak semua generasi milenial kesulitan dalam membeli rumah. Pasalnya, kemampuan dalam memiliki rumah tergantung dari profesi yang diemban generasi tersebut.
“Anak saya dokter umur 23, gajinya Rp3 juta ya dia nggak akan sanggup beli rumah saat ini. Tapi ada teman saya umurnya kurang lebih sama, 25-26, dia pendapatannya sehari Rp44 juta dari e-commerce bisnisnya dia,” tambah Dhony. @OPIK