Lingkar Rabinza

Oleh : Dian Wahyudi
Komunitas Sigma Banten

Melanjutkan tulisan saya yang berjudul Menikmati Wisata Sejarah, yang pernah dimuat disalah satu laman online pada 21 November 2020 yang lalu, kali ini, saya masih akan menulis terkait pabrik minyak.

Bacaan Lainnya

Seperti dalam tulisan saya tersebut, diketahui di Rangkasbitung, terdapat gedung bekas pabrik minyak, tepatnya di tahun 1918, pemerintah kolonial Belanda mendirikan pabrik pembuatan minyak kelapa yang konon produksinya terbesar se-Asia Tenggara bernama Mexolie.

Nama itu hanya singkatan, kepanjangannya adalah N. V. Maatschappij tot Exploitatie van Olie-fabriek. Pendirian pabrik ini sudah dirintis sejak tahun 1900 sejalan dengan pembangunan rel-rel kereta api Stasiun Rangkasbitung. Di masa jayanya, Maxolie Rangkasbitung atau PT Semarang, menjadi pusat tujuan pengiriman hasil kebun kelapa di Banten. Hingga kemudian, sekira tahun 2006 atau 2007 pabrik ini berhenti beroperasi.

Saat ini, area pabrik yang semula ingar bingar mendadak sepi seolah tak bertuan. Bekas pabrik tersebut kini menjelma menjadi area parkir belakang sebuah mall.

Mengagumi gedung bersejarah tersebut, usul saya adalah menjadikan bekas pabrik tersebut di restorasi menjadi salah satu Destinasi Wisata Sejarah, seperti gedung bekas pabrik gula kabupaten Brebes yang di “sulap” menjadi rest area menarik dan kekinian, sebagai kreasi terbaru sinergi BUMN.

Sinergi BUMN melirik PG Banjaratma, karena lokasinya yang dekat sekali dengan jalan tol. Pemugaran dimulai hingga saat ini walau belum beres 100%. Namun, PG Banjaratma kembali berdenyut sebagai rest area kini. Mulai diisi deretan booth kuliner dan UMKM yang ditata berjajar. Sisa-sisa bata merah dan besi lawas bekas alat pemrosesan gula menyatu dengan bangku dan meja kekinian, sehingga kita dibuat nyaman.

Booth yang hadir pun bervariasi, mulai dari penjaja makanan hingga minuman dengan aneka menu. Malah, ada UMKM yang menjajakan kopi serius layaknya di kafe kekinian. Menikmatinya sambil mengagumi bangunan eks pabrik gula, membuat kesan yang berbeda.

Balik lagi ke bekas pabrik minyak Rangkasbitung, diharapkan forum CSR (Corporate Social Responsibility) alias tanggung jawab sosial perusahaan, berdasarkan maksudnya merupakan pendekatan bisnis dengan memberikan kontribusi terhadap pembangunan yang berkelanjutan dengan memberikan manfaat ekonomi, sosial dan lingkungan bagi seluruh pemangku kepentingan, dapat berbuat lebih.

Forum CSR dapat memanfaatkan Peraturan Daerah nomor 4 tahun 2016 tentang Tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan yang ada, dapat kita dorong untuk mengetuk kepedulian perusahaan.

Serta saya usulkan pula agar akses jalan dari bekas kampung bedeng dibuka untuk kendaraan roda empat, tidak seperti saat ini yang hanya diperuntukan untuk kendaraan roda dua.

Pedagang sayur, buah-buahan, dll di jalur tersebut di pindah ke jalan lingkar yang ada, kios yang diisi oleh pedagang pisang, pakan burung, dll, yang saat ini jalan tersebut sepi, tidak ramai pembeli.

Kemudian, sehingga jalan tersebut ke depan menjadi jalan Lingkar Rabinza, dan dibuatkan pintu parkir baru di lahan parkir belakang Rabinza sekarang.

Sehingga jalan ini, selanjutnya merupakan jalan satu arah kendaraan bermotor, menjadi hidup.

Tinggal ditata kembali kios-kios yang ada, perkiraan saya jika dibuatkan pintu baru, kios-kios ini akan ramai dilewati pembeli, yang sudah barang tentu, diharapkan membeli yang di jajakan para penjual.

Siapa yang bertangung jawab atas izin pintu baru mall Rabinza dan bagaimana izin penggunaan dan restorasi bangunan bekas pabrik minyak, saya serahkan kepada nu ngageugeuh (yang berkompeten).

Terimakasih saya sampaikan kepada akun Info Rangkasbitung yang beberapa waktu sebelumnya juga membagi beberapa foto bekas pabrik minyak ini. Hal ini memantik ide jalan Lingkar Rabinza disamping restorasi.

Selamat memasuki tahun 2021 yang penuh inovasi dan resolusi segar. Semoga ditahun-tahun ke depan, sudah terwujud booth dan cafe di gedung bekas pabrik minyak tersebut, bari nyocol gemblong semur.

Sugan…..

Pos terkait