Dian Wahyudi
Ketua Generasi Muda (GEMA) Keadilan Lebak
Sekira bulan Februari 2021saya ke Desa ini, Desa Mekarmanik di kecamatan Bojongmanik. Saat itu, saya ngobrol dengan Jaro alias Kepala Desa (Kades)-nya H. Aliyudin tentang berbagai potensi di Desanya. Beliau bercerita, di samping potensi yang sudah turun temurun, yaitu cukup banyak warganya yang memiliki usaha kerajinan Bambu, juga terdapat potensi tambang Batu Bara dan Batu Karang.
Tambang Batu Bara sudah sejak lama di hentikan operasinya, karena ditengarai lalu-lalang kendaraan pengangkut batu bara mempercepat kerusakan jalan Desa. Sedangkan Batu Karang masih belum termanfaatkan secara maksimal.
Obrolan saya kali ini, berbeda dengan sebelumnya, adalah terkait obsesi Jaro H. Aliyudin agar Desanya menjadi sentra Pertanian dan Perkebunan.
Tentunya bukan perkara mudah, untuk mengajak warganya bercocok tanam, selain Bertani Sawah dan Berkebun tanaman keras, seperti Mahoni, Albasiah, dan lain-lain. Untuk kemudian bercocok tanam budidaya buah, seperti Durian Montong atau Musangking juga bercocok tanam tanaman Hortikultura, semisal Mentimun atau Cabe merah keriting.
Tidak tanggung-tanggung, Jaro H. Aliyudin sampai membuat Gerakan menanam Durian bekerjasama dengan berbagai pihak, termasuk dengan para Mahasiswa Indonesia yang kuliah di Turki, juga lewat Badan Usaha Milik Desa (BUMDES), dari mulai penyediaan bibit sampai kebun Durian.
Bukan tidak beralasan, Jaro yang masih berusia muda ini, berobsesi agar Desa nya memiliki program pangan lestari berkelanjutan.
Sebagai pilot proyeknya adalah dengan membuat kebun Hortikultura percontohan budidaya Cabe Merah Kriting, Tomat dan Mentimun. Untuk budidaya cabe merah kriting sudah berjalan selama dua bulan setengah, dengan menggandeng “guru” petani bernama Wahyu, yang tinggal di kecamatan Leuwidamar, kemudian bersedia bolak-balik setiap hari untuk mewujudkan pilot proyek ini.
Kemudian saya diajak berkeliling ke kebun dimaksud. Luasnya hampir sehektar, ditanami sekitar tujuh ribu pohon cabe merah kriting, sudah hampir tahap panen.
Butuh perjuangan untuk memulainya, ditengah adanya cibiran beberapa warga yang ragu akan keberhasilan program tersebut. Namun belakangan, warga mulai tertarik untuk ikut bergabung, setelah melihat keberhasilan perkembangan tanaman cabe yang cukup baik oleh tim budidaya Jaro H. Aliyudin, padahal sebelumnya selalu gagal, oleh berbagai faktor, mulai dari patek, terkena virus, dan lain-lain.
Disaung jaga kebun milik Jaro H. Aliyudin, sambil menikmati makan siang liwet ikan asin peda dengan lalapan daun jambu mede muda, kami lanjut ngobrol terkait obsesi lain dari Jaro H. Aliyudin.
Menanam dari sekarang, ujar Jaro H. Aliyudin. “Saya menanam jengkol juga di kebun milik keluarga. Jangan sampai orang desa seperti kami, ingin jengkol saja harus beli, padahal bisa ditanam sendiri di kebun, dan kita tahu, harga jengkol lumayan harganya”, tegas Jaro H. Aliyudin.
Hal lain yang beliau ungkapan kepada saya, adalah ingin agar desanya juga menjadi sentra buah Lengkeng. Caranya, dengan menanam pohon lengkeng di depan rumah masing-masing, lima tahun atau sepuluh tahun yang akan datang, jika lima ratus warga desa menanam pohon lengkeng di depan rumahnya, Jaro H. Aliyudin yakin desanya akan menjadi sentra lengkeng. Untuk itu, beliau berharap, semoga ada lembaga yang mau mewujudkan obsesi ini. Kenapa dipilih pohon lengkeng, beberapa warga yang sudah menanam, cukup berbuah baik.
Ide unik yang bagi saya menarik, sederhana, tapi gampang-gampang susah untuk diwujudkan.
Dijelang hari Sumpah Pemuda, saya kira pesan kuat Jaro H. Aliyudin untuk memulai menanam dari sekarang, bukan hanya sekedar dipertimbangkan namun harus diikuti dengan pelaksanaan.
Pemuda memiliki peran penting untuk berkontribusi dalam keberlangsungan peradaban. Ide dan obsesi seorang Jaro H. Aliyudin memberikan bukti pemuda memiliki peran strategis.